PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN EVALUASI PENGOBATAN EMPIEMA PARU
DOI:
https://doi.org/10.23960/jkunila.v9i2.pp142-148
Abstract View: 0
Abstract
Empiema paru merupakan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi pleura yang ditandai oleh akumulasi pus akibat proses inflamasi dan respon imun kompleks. Dalam praktik klinis, pemeriksaan biomarker memiliki peran penting dalam membantu diagnosis dini, menentukan tingkat keparahan, serta memantau respons terapi pasien. Biomarker klasik seperti C-reactive protein (CRP), procalcitonin (PCT), dan lactate dehydrogenase (LDH) memiliki nilai diagnostik tinggi dalam membedakan efusi parapneumonik sederhana dan kompleks. Parameter cairan pleura seperti kadar glukosa rendah dan pH <7,2 menandakan aktivitas infeksi aktif yang memerlukan intervensi. Selain itu, biomarker modern seperti presepsin (sCD14-subtype) menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap infeksi bakteri pleura, sedangkan pentraxin-3 (PTX-3), calprotectin, dan neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) menggambarkan aktivitas inflamasi dan kerusakan jaringan pada tingkat lokal. Sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL-6), interleukin-8 (IL-8), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), serta enzim matrix metalloproteinase (MMP) turut berperan dalam meningkatkan permeabilitas pleura dan pembentukan pus. Kombinasi antara analisis biomarker sistemik dan lokal dengan temuan klinis dan radiologis meningkatkan akurasi diagnosis, membantu pemilihan terapi yang tepat, serta memberikan penilaian prognosis yang lebih baik. Dengan demikian, pendekatan multimarker yang melibatkan CRP, PCT, presepsin, PTX-3, calprotectin, NGAL, dan mediator inflamasi lain dapat mendukung tata laksana Empiema paru secara lebih individual, komprehensif, dan berbasis bukti ilmiah








