Penatalaksanaan Peritonitis Akibat Komplikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis

Authors

  • Albert Suharyadi
  • Muhammad Aditya

Abstract

jumlah pasiennya yang terus meningkat, risiko tinggi perkembangan dari stadium akhir penyakit ginjal/End Stage Renal Disease (ESRD) dan prognosis buruk untuk morbiditas dan mortalitas. Hal tersebut menjadi perhatian dunia terkait epidemiologinya, faktor risiko, rencana terapi, dan pencegahan. Stadium akhir penyakit ginjal harus dilakukan terapi
pengganti ginjal yaitu berupa hemodialisis, dialisis peritoneal ataupun transplantasi ginjal. Peritonitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dan paling serius yaitu antara 60-80% dari pasien yang menjalani dialisi peritoneal. Data primer diperoleh dari alloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis empiris peritonitis harus dipikirkan ketika cairan peritoneal keruh/berawan, hitung sel darah putih lebih dari 100/mm dan setidaknya 50% dari sel darah putih
tersebut adalah sel polimorfonuklear (PMN). Tindakan aseptik merupakan satu langkah yang paling penting yang perlu dilakukan pengguna Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Teknik ini sangat penting untuk menghindari pasien dari kontaminasi bakteri yang menyebabkan peritonitis saat melakukan prosedur CAPD.

Kata kunci: chronic kidney disease, continuous ambulatory peritoneal dialysis, peritonitis

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2015-11-01

How to Cite

Suharyadi, A., & Aditya, M. (2015). Penatalaksanaan Peritonitis Akibat Komplikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis. MEDULA (Medical Profession Journal of Universitas Lampung), 4(1). Retrieved from https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/683