https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/issue/feedMajority2021-01-25T08:30:01+00:00Gigihdrgigih88@gmail.comOpen Journal Systems<p align="justify"><strong><em>Majority (Medical Journal of Lampung) </em></strong>is a peer-reviewed journal in the field of medical and health sciences. This journal is designed as a place of dissemination of information and scientific knowledge, which publishes two times a year. It publishes original article, article review, and case report. These comprise of biomedical sciences, clinical medicine, public health sciences, and medical science education.</p>https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2844Cover2021-01-14T04:42:39+00:00Admin Majoritya4nhidayad@gmail.comCover2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2834Dewan Redaksi2021-01-14T04:42:39+00:00Admin Majoritya4nhidayad@gmail.comDewan Redaksi2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2835Mitra Bestari2021-01-14T04:42:39+00:00Admin Majoritya4nhidayad@gmail.comMitra Bestari2020-12-01T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2836Pedoman Penulisan2021-01-14T04:42:39+00:00Admin Majoritya4nhidayad@gmail.comPedoman Penulisan2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2837Daftar Isi2021-01-14T04:42:39+00:00Admin Majoritya4nhidayad@gmail.comDaftar Isi2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2838Penatalaksanaan Penyakit Tuberkulosis dengan Diabetes Melitus pada Wanita Usia 64 Tahun Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga2021-01-25T08:30:01+00:00Iqbal Lambara Putraiqballambarap@gmail.comAzelia Nusadewiartiiqballambarap@gmail.comWinda Trijayanthi Utamaiqballambarap@gmail.com<p>Kelompok lanjut usia termasuk dalam populasi rentan karena terjadinya proses penurunan kemampuan untuk menghindarkan diri dari penyakit dan paparan faktor risiko terjadinya penyakit kronis seperti Diabetes Melitus (DM). DM dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi tuberkulosis (TB) tiga kali lebih besar dibanding populasi normal, dan juga dapat meningkatkan risiko reaktivasi TB dan TB laten. Studi yang dilakukan adalah <em>case report</em>. <em>Case report </em>ini bertujuan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis <em>evidence based medicine</em> pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan dengan pendekatan <em>patient centred </em>dan <em>family approach</em>. Data primer diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi <em>family folder</em>, dan mengisi berkas pasien.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata kunci: </strong>Diabetes melitus, lanjut usia, tuberkulosis</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2839Laporan Kasus: Henoch Schonlein Purpura pada Anak Laki-Laki 3 Tahun dengan Akut Abdomen2021-01-14T04:42:39+00:00Edmundo Caesario Dwiputracaesarioedmundo@yahoo.co.idLaili Indah Kusumawati Noorcaesarioedmundo@yahoo.co.id<p><em>Henoch Schonlein Purpura</em> adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis yang paling sering pada anak. Insiden HSP pertahun mencapai 10-20 per 100.000. <em>Henoch Schonlein Purpura</em> dapat mengenai semua usia, tetapi 50% kasus terjadi pada usia kurang dari 5 tahun dan 75% kasus terjadi pada usia kurang dari 10 tahun. Diagnosis HSP ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Apabila ditemukan 2 dari 4 kriteria, yaitu usia ≤20 tahun pada awitan sakit, purpura palpabel nontrombositopenia, nyeri akut abdomen difus yang bertambah berat setelah makan, dan biopsi yang memperlihatkan granulosit pada dinding arteriol atau venula. Manifestasi gastrointestinal pada <em>Henoch Schonlein Purpura</em> terjadi pada 60- 65% pasien. Penjelasan inti mengenai patofisiologi gangguan gastrointestinal pada HSP adalah terjadinya deposisi kompleks imun pada pembuluh darah organ-organ gastrointestinal. Pada kasus, pasien diduga mengalami intususepsi, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa intususepsi pada 2-6% kasus dapat menjadi komplikasi dari vaskulitis traktus gastrointestinal pada HSP. Sebagian besar HSP dapat sembuh tanpa pengobatan. Pada keadaan ringan, diberikan tata laksana suportif berupa pemberian hidrasi, nutrisi, dan pemberian obat simtomatis. Kontroversi pemberian terapi kortikosteroid terutama dikaitkan dengan waktu tepat pemberiannya. Saat ini, kortikosteroid telah banyak digunakan untuk mengobati HSP dengan manifestasi gastrointestinal dan ginjal.</p><p> </p><p><strong>Kata Kunci</strong>: HSP, Purpura, Vaskulitis</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2840Pengaruh Faktor Usia Ibu Hamil Terhadap Jenis Persalinan di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung2021-01-14T04:42:39+00:00Dwi Rani Sukmaranisukma@gmail.comRatna Dewi Puspita Sariranisukma@gmail.com<p>Persalinan mempunyai risiko baik pada ibu maupun janin, berupa kesakitan sampai dengan risiko kematian. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam dan persalinan abdominal. Usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Risiko persalinan akan meningkat pada usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik observasional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu bersalin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Juli 2017- September 2017. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh sampel ibu melahirkan pada periode Juli 2017- September 2017 yaitu sebanyak 191 sampel. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Pursosive sampling. Pengumpulan data penelitian didapat dari data rekam medis. Analisis Bivariat menggunakan Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil usia <20 tahun dan usia >35 tahun yang melahirkan dengan cara persalinan pervaginam sebesar 52,5%, sedangkan persalinan abdominal sebesar 47,5%. Pada ibu hamil usia 20-35 tahun yang melahirkan dengan cara persalinan pervaginam sebesar 69,7% dan persalinan abdominal sebesar 30,3%. Hasil uji analisis Chi Square menunjukan terdapat pengaruh faktor usia ibu hamil terhadap jenis persalinan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan nilai p=0,034. Didapatkan nilai OR=2.077 dengan demikian ibu hamil kelompok usia beresiko (<20 tahun dan >35 tahun) memiliki resiko 2 kali lipat terhadap persalinan abdominal dibandingkan pada usia reproduktif (20-35 tahun). <strong>Terdapat pengaruh faktor usia ibu hamil terhadap jenis persalinan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek</strong> Provinsi Lampung.</p><p> </p><p>Kata Kunci: Persalinan, Usia ibu hamil.</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2841Uji Aktivitas Antibakteri Formulasi Gel Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Staphylococcus aureus2021-01-14T04:42:39+00:00Astara Ginaranaginarana1997@gmail.comEfrida Warganegaraginarana1997@gmail.comOktafany Oktafanyginarana1997@gmail.com<p><em>Staphylococcus aureus </em>merupakan salah satu bakteri yang patogen bagi manusia dan paling sering ditularkan dari tangan ke tangan. Gel daun kelor sebagai salah satu alternatif sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri gel ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan <em>Staphyloccus aureus</em> secara <em>in vitro.</em> Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan metode sumuran<em> </em>pada media <em>Mueller Hinton</em> Agar. Ekstrak daun kelor didapatkan dari Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung dengan teknik maserasi mengunakan etanol 96%. Formulasi gel dibuat di SMK Farmasi Cendikia Farma Husada Bandar Lampung. Ekstrak daun kelor dibagi dalam beberapa konsentrasi yaitu 5%, 10%, 20%, 40% dan 80%. Sebagai kontrol negatif adalah gel akuades dan kontrol positif apdalah gel eritromisin (<em>Erymed®)</em>. Data yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran dan diukur dengan jangka sorong. Data diuji dengan <em>One Way</em> ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan diameter zona hambat yang terbentuk pada gel konsentrasi ekstrak daun kelor 5%, 10%, 20%, 40% dan 80%. Secara berurutan yaitu 5,85 mm, 10,00 mm, 11,00 mm, 15,40 mm, dan 21,05 mm. Pada kelompok kontrol negatif sebesar 0 mm dan kontrol positif sebesar 32,20 mm (nilai p = 0,000). Terdapat aktivitas antibakteri gel ekstrak daun kelor <em>(Moringa oleifera)</em> terhadap bakteri <em>Staphylococcus aureus</em><em>.</em></p><p> </p><p><strong>Kata Kunci:</strong> Daun kelor, gel, <em>Staphylococcus aureus</em></p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2842Efek Suplementasi Madu terhadap Penurunan Frekuensi Diare Akut pada Anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung2021-01-14T04:42:39+00:00Nidia Putri Meisurinidiaputrimeisuri@yahoo.co.idRoro Rukmi Windi Perdaninidiaputrimeisuri@yahoo.co.idHanna Mutiaranidiaputrimeisuri@yahoo.co.idAsep Sukoharnidiaputrimeisuri@yahoo.co.id<p>Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas. Obat tradisional yang memiliki efek antiinflamasi dan antibakteri, salah satunya madu yang memiliki efek atibakteri, anti inflamasi dan anti oksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek potensial suplementasi madu terhadap penurunan frekuensi diare akut pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (<em>quasi experimental</em>) dengan rancangan <em>non equivalent control group</em>. Subjek penelitian ini adalah pasien anak penderita diare akut yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi dan kelompok kontrol setiap kelompok berjumlah 15 responden. Data diperoleh langsung dari subjek penelitian melalui data primer. Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis menggunakan <em>unpaired samples t-test</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi diare akut hari pertama pada kelompok intervensi lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Frekuensi diare akut di hari kedua, ketiga dan keempat pada kelompok intervensi lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan efek potensial suplementasi madu terhadap penurunan frekuensi diare akut. Pemberian suplementasi madu terbukti menurunkan frekuensi diare akut pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci:</strong> Diare akut, frekuensi diare, suplementasi madu</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2843Tinjauan Penggunaan Metformin tehadap Defisiensi Vitamin B12 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 22021-01-14T04:42:39+00:00Natasya Hayatilahnatasyahayatillahna@gmail.comIswandi Darwisnatasyahayatillahna@gmail.com<p>Metformin merupakan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang paling banyak digunakan di dunia. Obat tersebut menjadi OHO pilihan untuk pengobatan diabetes melitus (DM) tipe 2. Namun, metformin diketahui memiliki efek untuk membuat defisensi vitamin B12 pada pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsinya. Hipotesis yang ada menyebutkan metformin mengganggu absorpsi vitamin B12 melalui mekanisme pertumbuhan bakteri usus yang berlebih, gangguan kompleks vitamin B12 dengan kalsium dan reseptor cubulin. Efek metformin diketahui meningkat seiring dengan penambahan dosis dan lama waktu penggunaan metformin. Kejadian perburukan neuropati perifer dan anemia megaloblastik telah dilaporkan terkait dengan efek defisiensi vitamin B12 pada pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsi metformin. Sampai saat ini, belum ada pedoman yang jelas yang membahas cara diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan terkait defisiensi vitamin B12 akibat metformin, namun beberapa hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan. Defisiensi vitamin B12 perlu dicurigai pada pasien DM tipe 2 yang telah mengkonsumsi metformin ≥3 tahun, dengan dosis >1500 mg, mengalami kelainan hematologi ataupun perburukan neuropati perifer. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan vitamin B12 dosis 1000 μg intramuskular pertahun. Sementara untuk pengobatan dapat diberikan injeksi intramuskular vitamin B12 dosis 1000 μg perhari selama tujuh hari, dilanjutkan dengan injeksi satu kali perminggu selama empat minggu.</p><p> </p><p>Kata kunci: defisiensi vitamin B12, DM tipe 2, metformin</p><p> </p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2862Peningkatan Pengetahuan pada Kader Posyandu tentang Imunisasi di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Lampung2021-01-14T04:42:39+00:00Alvin Widya Anandaalvinwidyaananda@gmail.comFitria Saftarinaalvinwidyaananda@gmail.comBetta Kurniawanalvinwidyaananda@gmail.comDian Isti Angrainialvinwidyaananda@gmail.comCakupan imunisasi bayi pada tahun 2017 pada provinsi lampung berupa imunisasi BCG sebesar 99,88% , DPT1 sebesar 100%, polio sebesar 100% dan campak sebesar 100%. Namun masih ada kabupaten yang tidak mencapai target imunisasi campak (< 90%) yaitu kabupaten Tanggamus, Pesawaran, Tulang Bawang Barat dan Bandar Lampung. pelaksanaan imunisasi pada anak merupakan upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ,yaitu<br />tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Akan tetapi, distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata dan rendahnya pengetahuan kader kesehatan tentang imunisasi lengkap balita, sehingga cakupan imunisasi masih rendah. Penelitian ini menggunakan metode quassy experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Penelitian dilaksanakan periode April- Juli 2018, bertempat di<br />Desa Gunungtiga, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sampel yang berhasil didapatkan adalah 18 orang kader posyandu. Hasil nilai mean dari pre-test pengetahuan sebesar 36,67, sedangkan nilai mean dari post-test pengetahuan adalah 83,33. Hasil analisis bivariat p=0,000. Terdapat peningkatan pengetahuanimunisasi pada kader<br />posyandu setelah pelatihan di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Lampung.<br /><br />Kata Kunci: imunisasi, kader posyandu, pelatihan, pengetahuan<br /><br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2845Efektivitas Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L.) sebagai Antibakteri secara In Vitro2021-01-14T04:42:39+00:00Sarah Tria Novrizqullah Joensarahtrianj@gmail.com<p>Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang beragam dan tersebar di seluruh wilayah. Sumber daya alam tersebut banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah tanaman kayu putih. Daun kayu putih (<em>Melaleuca leucadendron L.</em>) diketahui memiliki berbagai manfaat dan khasiat bagi kesehatan. Salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak daun kayu putih adalah 1,8-sineol. Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas antimikroba, antioksidan, dan antiiflamasi. Selain 1,8-sineol, daun kayu putih juga mengandung senyawa α-terpineol, α-pinen, ß-pinen. Senyawa senyawa tersebut juga memiliki aktivitas antibakteri dengan merusak membran sel, menghambat kerja enzim, dan menghancurkan material genetik yang ada pada bakteri sehingga diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. <strong></strong></p><p align="center"> </p><p><strong>Kata kunci</strong><strong>:</strong> antibakteri, kayu putih, <em>Melaleuca leucadendron L.</em></p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2846Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung2021-01-14T04:42:39+00:00Ahmad Alvin Dictaraalvin_dictara@yahoo.co.idDian Isti Angrainialvin_dictara@yahoo.co.idDiana Mayasarialvin_dictara@yahoo.co.idAila Karyusalvin_dictara@yahoo.co.id<p>Prevalensi kurang energi kronis (KEK) di Provinsi Lampung pada tahun 2013 adalah sebesar 21,3% pada wanita hamil dan 17,5% pada wanita tidak hamil, di kota Bandar Lampung sebanyak 24,5%. Masalah kurang energi kronis (KEK) pada wanita dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu asupan makan, pemahaman gizi yang salah, masuknya produk makanan dari luar yang kurang bergizi dan penyakit infeksi kronik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan makan terhadap kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan pendekatan <em>cross sectional</em> dengan teknik <em>consecutive sampling.</em> Kriteria inklusi yaitu wanita hamil trimester satu dan dua<em>,</em>yang berusia 20-35 tahun, dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi yaitu wanita terdapat penyakit infeksi kronis, menderita anemia, dan hiperemesis gravidarum. Responden penelitian berjumlah 71 ibu hamil. Data asupan makan didapatkan dari kuesioner <em>Semi quantitative food frequency questioner</em> dan data KEK dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Data dianalisis dengan <em>fisher exact test.</em> Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebesar 8,5% responden menderita KEK. Responden yang memiliki asupan energi kurang (36,6%), asupan karbohidrat kurang (69,0%), asupan protein kurang (11,3%), dan asupan lemak kurang (39,4%).Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa asupan energi dan protein berhubungan dengan KEK (<em>p</em>=0,022) dan (<em>p</em>=0,017), sedangkan asupan karbohidrat dan lemak tidak berhubungan dengan KEK (<em>p</em>=0,167) dan (<em>p</em>=0,204). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara asupan energi dan protein dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung.</p><p> </p><strong>Kata kunci: </strong>asupan makan, ibu hamil, KEK, LILA2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2847Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita dengan Dermatitis Seboroik Melalui Pendekatan Dokter Keluarga2021-01-14T04:42:39+00:00Dinah Zhafira Qubrodinahzhafiraqubro@gmail.comAzelia Nusadewiartidinahzhafiraqubro@gmail.com<p class="Default">Penyakit kulit kronis secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, salah satunya dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik menyerang 2-5% populasi, dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan dewasa usia 20-50 tahun. Data dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2008) menunjukkan prevalensi dermatitis sebesar 6,8%. Provinsi Lampung termasuk ke dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi dermatitis paling banyak. Dibutuhkan peran dokter keluarga yang dapat menatalaksana pasien secara holistik dari berbagai aspek kehidupan. Studi ini merupakan studi deskriptif tentang laporan kasus. Data primer diperoleh melalui alloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Pasien Ny. N, 41 tahun, kulit kepala tampak bersisik, berwarna kekuningan, dan berbau disertai gatal yang hebat sejak 1 bulan terakhir. Keluhan gatal memburuk jika pasien berkeringat. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun yang lalu. Pasien sering keramas untuk mengurangi rasa gatalnya dan langsung memakai hijab disaat rambut belum benar-benar kering. Pasien suka makan-makanan bersantan. Dilakukan intervensi pada pasien secara farmakologis dan non-farmakologis berupa edukasi mengenai penyakit dermatitis seboroik pada pasien dan keluarga. Hasil evaluasi dari intervensi adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan mulai ada keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan pasien.</p><p class="Default"> </p><p class="Default"><strong>Kata Kunci:</strong> dermatitis, dermatitis seboroik, pelayanan kedokteran keluarga</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2848Efek Penggunaan Earphone sebagai Faktor Resiko Kejadian Noise Induced Hearing Loss2021-01-14T04:42:39+00:00Eka Susiyantiekasusiyanti18@gmail.comMukhlis Imantoekasusiyanti18@gmail.com<p>Gangguan telinga akibat bising atau <em>Noise Induced Hearing Loss</em> (NIHL) merupakan jenis gangguan pendengaran tipe tuli sensorineural yang disebabkan oleh paparan kumulatif terhadap kebisingan tingkat tinggi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan dalam kurun waktu tertentu. Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Penggunaan <em>earphone</em> dalam jangka waktu yang lama dan dengan tingkat volume yang tinggi dapat memediasi peningkatan kerusakan struktur sel rambut seperti mitokondria, lisosom yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Hal tersebut dikarenakan intensitas bising yang dihasilkan oleh <em>earphone</em> yaitu 121 dB dengan tingkat volume tinggi dan puncak bising yang dihasilkan dapat mencapai 139 dB. Penelitian oleh Widen dkk dengan sampel 280 remaja yang mendengarkan musik dengan menggunakan <em>earphone</em> selama 3 jam atau lebih dalam setiap kesempatan perhari, 14,0% dilaporkan memiliki pendengaran yang buruk secara subjektif. Lebih lanjut, 7–8% dilaporkan sering atau selalu mengalami masalah pendengaran, seperti tinitus, sensitivitas suara atau kelelahan suara. Tingginya prevalensi gangguan pendengaran pada individu pengguna <em>earphone</em> tersebut berkaitan dengan intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya waktu paparan, spektrum kebisingan, dan faktor kerentanan individu. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan maka paparan bising yang dihasilkan <em>earphone</em> dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising atau <em>Noise Induced Hearing Loss</em> (NIHL).</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata kunci : </strong>bising, <em>earphone,</em><strong> </strong>NIHL</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2849Laporan Kasus : Trauma Tusuk Abdomen Dengan Eviserasi Usus Pada Anak Laki-laki Usia 16 Tahun2021-01-14T04:42:40+00:00Tassya Fatimah Taufiktassyafatimah@gmail.comFaisol Darmawantassyafatimah@gmail.com<p>Trauma abdomen adalah cedera yang terjadi pada organ di dalam perut, seperti lambung, usus, hati, limpa, pankreas, empedu dan ginjal, kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis. Trauma abdomen dibagi menjadi dua tipe yaitu trauma tumpul abdomen dan trauma tusuk abdomen. Cedera pada usus dan hepar adalah yang paling sering terjadi pada trauma tembus dan tembak pada abdomen. Pada laporan kasus ini dilaporkan seorang anak laki-laki usia 16 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Abdul Moeloek dengan keluhan utama luka tusuk pisau pada bagian perut dengan usus terburai keluar melalui luka di tempat tusukan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda syok perdarahan derajat empat, pada regio abdomen ditemukan luka tusuk, tepat digaris tengah, lima sentimeter dibawah pusat, terdapat luka terbuka melintang ukuran lima sentimeter kali empat koma lima sentimeter, bentuk luka elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, dengan dasar rongga perut, jembatan jaringan tidak ada, terdapat perdarahan aktif dari rongga intraabdomen, dengan sebagian usus dan omentum terburai keluar dari rongga perut. Pada pasien dilakukan <em>laparotomy explorasi emergency</em> didapatkan perdarahan yang bersumber dari arteri ileocaecal, cabang-cabang dari arteri colica kanan, perforasi di ileum ukuran 3x1 sentimeter lokasi perforasi 20 sentimeter proksimal dari perbatasan ileocaecal, dilakukan ligasi arteri dan stoma di tempat perforasi. Pada kasus ini merupakan kasus yang terlambat datang kerumah sakit, karena telah terjadi syok perdarahan derajat empat yang sudah lama, sehingga pasien tidak bisa di selamatkan. Perdarahan masif yang bersumber dari arteri-arteri ileocaecal dan cabang-cabang arteri colika menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik, seharusnya lebih cepat di tangani sehingga tidak menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci</strong>: Eviserasi usus, laparatomy, luka tusuk abdomen</p><p><em> </em></p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2850Penatalaksanaan Holistik Hiperkolesterolemia pada Ibu Rumah Tangga2021-01-14T04:42:40+00:00Samadela Solichin Putrisemadela08@gmail.comTA Larasatisemadela08@gmail.com<p>Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi metabolik umum dengan karakteristik tingginya kadar kolesterol plasma darah dan dapat menjadi faktor risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular termasuk dalam Penyakit Tidak Menular (PTM). Proporsi kematian akibat PTM tertinggi, yaitu penyakit kardiovaskular (39%), diikuti kanker (27%), PTM lainnya (30%) dan Diabetes Mellitus (4%). Kejadian hiperkolesterolemia berhubungan dengan faktor risiko akibat adanya gaya hidup yang tidak baik. Tatalaksana yang tepat selain terapi farmakologi adalah diimbangi dengan intervensi gaya hidup, seperti diet, olahraga, penghentian merokok dan penurunan berat badan. Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis <em>evidence based medicine </em>pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, dan memberikan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif dengan pendekatan <em>patient centered </em>dan <em>family focused</em>. Studi ini merupakan sebuah c<em>ase report</em> dengan sumber data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan penunjang. Kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan rumah dan melengkapi lembar binaan keluarga, dari data yang diperoleh ditentukan diagnosis holistik dan penatalaksanaan yang sesuai. Pasien wanita berusia 48 tahun dengan hiperkolesterolemia, derajat fungsional satu, pengetahuan kurang mengenai penyakit yang diderita, pola diet dan olahraga kurang baik serta pola pengobatan masih kuratif. Identifikasi faktor internal, yaitu genetik, <em>overweight</em>, gaya hidup dan psikologis. Faktor eksternal, aspek budaya di keluarga yang tidak percaya obat dari dokter serta aspek lingkungan yang tidak mendukung melakukan aktivitas fisik. Lalu dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarganya mengenai penyakit, obat, gaya hidup, serta diet yang benar. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan perubahan gaya hidup dan persepsi pasien terkait penyakitnya. Penatalaksanaan pasien dengan prinsip dokter keluarga membantu mengurangi masalah kesehatan pada pasien hiperkolesterolemia.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong>hiperkolesterolemia, penatalaksanaan dokter keluarga</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2851Penatalaksanaan Holistik Ibu Hamil Usia Remaja dengan Anemia Melalui Pendekatan Dokter Keluarga2021-01-14T04:42:40+00:00Ramadirga Thio Sabaramadirgathio@gmail.comTA Larasatiramadirgathio@gmail.com<p>Kehamilan pada remaja merupakan permasalahan global yang terjadi di seluruh dunia. Kehamilan pada remaja mempunyai konsekuensi besar terhadap kesehatan ibu dan anak. Salah satu risiko kehamilan pada remaja adalah anemia. Keadaan anemia pada kehamilan usia remaja memerlukan penanganan secara holistik meliputi keadaan fisik dan psikologis pasien. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif. Pasien wanita usia remaja hamil anak pertama usia kandungan 27 minggu dengan keluhan badan terasa lemas, mual, tidak nafsu makan dan pusing yang dirasakan sejak awal kehamilan. Asupan makanan selama hamil berkurang karena sering merasa mual dan muntah dan hanya bisa makan dengan porsi kecil dan frekuensi yang jarang. Berat badan termasuk ideal berdasarkan perhitungan IMT pasien dan status gizi pasien berdasarkan LILA termasuk normal. Pada pasien ditemukan adanya konjungtiva anemis. Kadar hemoglobin (Hb) pasien yaitu 9 g/dL yang tergolong rendah untuk trimester II. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini telah dilakukan secara holistik, <em>patient centered</em>, <em>family approach</em> serta sesuai panduan nasional dan berdasarkan <em>evidence based medicine</em>. Perubahan pengetahuan serta perilaku pasien dan keluarga terjadi setelah dilakukan intervensi yang bersifat <em>patient centre</em> dan <em>family approach</em>.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata Kunci :</strong> anemia dalam kehamilan, kehamilan remaja, pelayanan dokter keluarga</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2852Bronkopneumonia pada Bayi Usia 5 Bulan dengan Klinis Sindrom Down dan Suspek Hipotiroid Kongenital2021-01-14T04:42:40+00:00Febriy Firizki Sfebriyfirizki88@gmail.comElvi Suryatifebriyfirizki88@gmail.com<p>Bayi laki-laki berusia 5 bulan dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari makin lama makin bertambah berat. Sebelumnya, pasien mengalami demam terus-menerus sejak 5 hari. Pasien juga mengalami batuk berdahak sejak 4 hari. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis; suhu 38,5 <sup>0</sup>C; nadi 128x/menit, pernapasan 64x/menit; berat badan 5,1 kg, status gizi baik. Kepala oksiput datar, muka gambaran wajah dismorfik; mata tampak lipatan epikantus medial bilateral, fisura palpebra miring ke atas. Telinga berbentuk kecil dan letak rendah, hidung bentuk kecil, <em>nasal bridge </em>datar, nafas cuping hidung, lidah makroglosia. Pemeriksaan thoraks tampak retraksi suprasternal dan substernal dan suara pernapasan tambahan terdengar ronkhi basah halus nyaring. Abdomen tampak hernia umbilikalis. Ekstremitas superior tampak tangan pendek dan lebar, simian <em>crease</em>, klinodaktili jari ke-5, hipotonia. Ekstremitas inferior tampak <em>wide gap </em>jari kaki ke-1 dan 2, hipotonia. Pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil leukosit 13000/μl dan nilai hitung leukosit 0/0/0/45/49/6. Pada pemeriksaan foto rontgen thoraks dua kali didapatkan hasil bronkopneumonia. Pasien ini didiagnosa bronkopneumonia dengan klinis sindrom down dan suspek hipotiroid kongenital.</p><p> </p><p><strong>Kata Kunci</strong> : bronkopneumonia, hipotiroid kengenital, sindrom Down</p>2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2879Peran Kurkumin Sebagai Pengembangan Terapi Untuk Otitis Media Akut2021-01-14T04:44:22+00:00Agtara Liza Asthritaraaliza@gmail.comOtitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan telinga tengah yang terjadi kurang dari tiga minggu (akut) disertai dengan gejala lokal dan sistemik. Prevalensi OMA tertinggi terjadi pada negara Afrika Barat dan Tengah (43,37%). Prevalensi OMA di Indonesia menurut data Rumah Sakit Immanuel Bandung pada tahun 2013 di dapatkan penderita OMA terbanyak pada kelompok balita (40,4%), anak laki-laki (52%), anak-anak dengan pekerjaan orang tua ibu rumah tangga (48,1%). Penyebab<br />OMA yaitu bakteri aerob seperti Streptococus aures, Pneumokokus, Hemolyticus influenza, dan Pseudomonas aeruginosa. Pengobatan OMA saat ini menggunakan antibiotik dan anti inflamasi. Namun, saat ini sedang dilakukan pengembanganperan kurkumin sebagai modalitas terapi OMA. Kurkumin (Diferuloylmethane), komponen kuning jingga dari kunyit yang merupakan produk polifenol alami yang diisolasi dari rimpang tanaman Curcuma longa. Beberapa tahun terakhir, penelitian in vitro dan in vivo yang ekstensif menunjukkan bahwa kurkumin memiliki sifat antikanker, antivirus, antiartritik, antiamiloid, antioksidan, dan anti-inflamasi. Penggunaan kurkumin berperan dalam menekan proses inflamasi dan memperbaiki struktur jaringan rusak serta lebih baik jika dikombinasikan dengan antibiotik. Selain itu, kurkumin memiliki<br />kemampuan dalam melemahkan Pseudomonas aeruginosa dan menghambat angiogenesis serta dapat menurunkan ekspresi berbagai faktor pertumbuhan proangiogenik, seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular, faktor pertumbuhan fibroblast, dan pertumbuhan epidermal.<br /><br />Kata Kunci: Kurkumin, Otitis media akut, Pengobatan2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2021 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2880Penggunaan Klinis Substansi Bioaktif Nigella sativa (Jintan Hitam) sebagai Alternatif Pengobatan Diabetes Mellitus Tipe 22021-01-14T04:44:42+00:00Ikhlas TaufikikhlastaufikmrL@gmail.comDiabetes Mellitus adalah gangguan metabolik dengan ditandai hiperglikemik yang disebabkan oleh defisiensi produksi<br />hormon insulin, penurunan fungsi insulin, atau keduanya. Terdapat dua bentuk utama diabetes mellitus, diabetes mellitus<br />yan bergantung pada insulin (DM tipe 1) atau Insulin-dependent diabetes mellitus dan diabetes mellitus yang tidak<br />bergantung pada insulin (DM tipe 2) atau non-insulin dependent diabetes mellitus. Insulin merupakan hormon yang<br />diproduksi oleh kelenjar pankreas dan mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Kurangnya produksi insulin<br />atau ketidakmampuan sel merespon insulin menyebabkan kadar glukosa pada darah tinggi atau Hiperglikemik yang dapat<br />menyebabkan komplikasi dan kegagalan fungsi pada organ. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe 2 sejauh ini dilakukan<br />dengan terapi farmakologis, nutrisi, modifikasi gaya hidup, dan terapi komplemen. Sejauh ini, dikembangkan berbagai<br />metode terapi yang efektif untuk mencegah dan mengatasi Diabates Mellitus tipe 2, salah satunya dengan memanfaatkan<br />etnobotani atau tanaman herbal berupa jintan dengan nama latin Nigella sativa (NS). Beberapa penelitian menyebutkan<br />Nigella sativa (NS) terdapat substansi bioaktif yang memiliki efek terapi terhadap parameter metabolik Diabetes Mellitus<br />tipe 2. Hal tersebut membuat Nigella sativa harus dikaji lebih lanjut untuk mengetahui potensi sebagai suplemen untuk<br />upaya preventif dan terapi herbal Diabetes Mellitus tipe 2.<br /><br />Kata kunci: Diabetes Mellitus, Hiperglikemik, Jintan Hitam, Nigella sativa. <br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2021 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2881Pendekatan Diagnosis pada Sindrom Sezary2021-01-14T04:45:42+00:00Fitri Nadia Silvanifitrinadiasilvani26@gmail.comSindrom Sezary adalah varian leukimia agresif langka dari cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) yang melakukan proliferasi klonal ganas limfosit T dengan kecenderungan untuk terjadinya eritroderma kulit. Insidensi CTCL di Amerika Serikat selama tahun 2000-2010 mencapai 10 kasus per satu juta orang per tahun. Sindrom Sezary adalah bentuk CTCL yang jarang terjadi, terhitung 3% dari semua limfoma kulit. Di Indonesia, limfoma bersama-sama dengan limfoma Hodgkin dan leukemia menduduki peringkat keganasan ke-6. Disamping sindrom Sezary merupakan kasus jarang, sindrom Sezary ini merupakan kasus agresif sehingga memiliki prognosis yang buruk dengan kelangsungan hidup rata-rata 5 tahun.<br />Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam membangun diagnosis sindrom Sezary secepatnya berdasarkan<br />temuan subjektif dan objektif. Sebagai kesimpulannya, diagnosis sindrom Sezary dapat segera ditegakkan atas dasar subjektif dan objektif, yang dikenal dengan trias sindrom Sezary, yaitu 1) dermatitis eksfoliatif generalisata (mempengaruhi >80% luas permukaan tubuh), 2) limfadenopati, dan 3) adanya 5% atau lebih sel T ganas dengan inti cerebriform (dikenal sebagai sel Sezary atau Lutzner) di limfosit darah perifer. <br /><br />Kata kunci: keganasan, limfoma sel T kutaneus, sindrom sezary2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2021 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2883Diagnosis Prenatal dan Penatalaksanaan Omfalokel2021-01-14T04:46:02+00:00Hasna Hamidahhasnahamidah10@yahoo.comOmfalokel merupakan defek kongenital dengan adanya herniasi sebagian isi intra abdomen melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam dasar tali pusat pada dinding abdomen dengan kejadian di seluruh dunia berkisar antara 1 per 3.000–5.000 kehamilan yang menurun menjadi 2,5–4 per 10.000 kelahiran hidup. Tanpa kelainan penyerta, angka survival pada omfalokel dapat mencapai 96%, namun angka ini dapat menurun drastis jika terdapat anomali lain atau kariotipe abnormal.<br />Kompleksitas dari kelainan ini menyebabkan diagnosis prenatal yang akurat menjadi tantangan. Pengetahuan mengenai defek dinding abdomen ini diperlukan untuk meningkatkan akurasi dari diagnosis prenatal yang sangat berperan penting terhadap manajemen persalinan, meliputi waktu dan rute persalinan, serta penatalaksanaannya. Saat diagnosis omfalokel sudah ditegakkan, dilanjutkan dengan pencarian kelainan tambahan lain yang dapat menunjukkan tingkat keparahan<br />penyakit dan akan mempengaruhi prognosis postnatal. Waktu persalinan yang direkomendasikan adalah pada usia kehamilan aterm. Rute persalinan dilakukan berdasarkan ukuran omfalokel, sectio caesarea diindikasikan pada omfalokel defek besar. Manajemen neonatal meliputi persalinan di fasilitas kesehatan tersier dan manajemen bedah paska<br />persalinan, yaitu penutupan primer, penutupan bertahap dengan silo bag atau prosthetic patch, dan tindakan konservatif dengan agen topikal.<br /><br />Kata kunci: Diagnosis prenatal, omfalokel, tatalaksana2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2021 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2853Hubungan Kecanduan Game Online dengan Manajemen Waktu pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung2021-01-14T04:42:40+00:00Ahmad Mufid NAnamufid@gmail.comDwita Oktarianamufid@gmail.comArrrif Yudho Prabowonamufid@gmail.comOktafany Oktafanynamufid@gmail.comGame online merupakan suatu fenomena yang sedang diminati oleh anak muda saat ini, tak terkecuali mahasiswa. Tidak sedikit dari mereka bahkan sudah memasuki tahap kecanduan game online. Hal tersebut bisa saja mengganggu atau menurunkan kemampuan mahasiswa dalam manajemen waktu. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kecanduan game online dengan manajemen waktu pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian<br />ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 162 responden dan diminta untuk mengisi dua buah kuesioner yaitu Game Addiction Scale for Adolescents dan Time Management “Effective Learning Service”. Berdasarkan hasil analisis univariat terdapat sebanyak 27,8% mahasiswa mengalami kecanduan dan terdapat sebanyak 40,1% mahasiswa dengan tingkat manajemen waktu berkategori cukup. Berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kecanduan game online dengan manajemen waktu dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Kesimpulannya adalah terdapat hubungan bermakna antara kecanduan game online dengan manajemen waktu pada mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.<br /><br />Kata Kunci: game online, kecanduan, manajemen waktu2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2857Penatalaksanaan Holistik Infeksi Dengue pada Pria Pra Lansia dengan Pengetahuan Preventif Kurang Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga2021-01-14T04:42:40+00:00Annisa Yulida Syanianijiyulida@gmail.comSahab Sibueaanijiyulida@gmail.comDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan melalui Aedes sp. Infeksi ini sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Pencegahan dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS) serta menjaga kebersihan lingkungan. Peran dokter keluarga penting selain mengobati penderita, dokter harus memperhatikan lingkungan dan perilaku sehari-hari penderita serta keluarga yang berdampak pada proses kekambuhan<br />atau menularnya penyakit DBD di lingkungan. Studi kasus ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko hingga tatalaksana berdasarkan kerangka penyelesaian masalah melalui pendekatan kedokteran keluarga. Data primer studi kasus ini diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik secara kualitiatif dan kuantitatif. Hasil yang didapat pasien derajat fungsional 2<br />dengan DBD yang memiliki faktor resiko internal yaitu pengetahuan yang kurang mengenai penyakit dan pencegahannya. Faktor resiko eksternal adanya tumpukan barang di sebelah rumah pasien dan tumpukan pakaian di dalam rumah yang idak disusun, sumur dan bak mandi di dalam rumah yang tidak ditutup. Intervensi dilakukan dengan konseling mengenai penyakit DBD beserta perilaku hidup bersih dan sehat. Setelah dilakukan evaluasi telah terlihat sedikit perubahan perilaku<br />dimana pasien, keluarga dan warga sekitar melakukan 3M (Mengubur, Menguras, dan Menutup). Kesimpulan studi kasus yaitu masalah klinis pada pasien membutuhkan perhatian dalam mengubah perilaku hidup bersih dan sehat yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan perubahan. Petugas kesehatan bertugas menyelesaikan masalah klinis juga mencari dan memberi solusi atas permasalahan dalam lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien dan keluarga.<br /><br />Kata kunci: demam berdarah dengue, penatalaksanaan holistik, kedokteran keluarga. <br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2858Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)2021-01-14T04:42:40+00:00Mai Rista Nila Sarimayresta14@gmail.comMukhlis Imantomayresta14@gmail.comOtitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronis merupakan komplikasi dari otitis media akut yang disertai perforasi membran timpani lebih dari 2<br />bulan dan keluarnya sekret yang apabila tidak ditangani dengan tepat akan membuat progresivitas penyakit semakin bertambah. Faktor risiko terjadinya otitis media dapat berinteraksi terutama di nasofaring dan tuba eustachius. Faktor risiko yang diduga memiliki peran dapat terjadinya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) yaitu faktor pejamu, faktor infeksi,<br />faktor lingkungan, faktor sosiodemografi, kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakitnya dan perilaku pasien dalam kehidupan sehari-hari. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Prevalensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Indonesia pada tahun 2011 masih rendah yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target Nasional sampai tahun 2013 sebesar<br />65,0%. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PHBS terhadap OMSK. <br /> <br />Kata kunci: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) <br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2854Pola Bakteri Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek2021-01-14T04:42:40+00:00Haula Rizqiyahhr.olaaa@gmail.comTri Umiana Solehahr.olaaa@gmail.comRizki Hanrikohr.olaaa@gmail.comEty Aprilianahr.olaaa@gmail.comDiabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang heterogen dengan ditandai hiperglikemia kronis. Pada penderita diabetes melitus, hiperglikemia meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi terutama neuropati perifer yang dapat mengakibatkan ulkus diabetikum. Penderita<br />diabetes melitus dengan ulkus diabetikum berkembang hingga 15% dan menjadi alasan untuk rawat inap dan amputasi. Infeksi dari ulkus diabetes yang diikuti amputasi berhubungan tidak hanya pada depresi berat dan peningkatan angka morbiditas, namun juga berkaitan dengan angka mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri ulkus<br />diabetikum pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Sampel yaitu swab ulkus diabetikum<br />sebanyak 21 pasien. Sampel diinokulasikan pada nutrient agar, agar darah, agar Mc Conkey dan dilakukan pewarnaan Gram dan uji biokimia. Hasil sampel didapatkan dari 16 pasien laki-laki (76.2%) dan 5 pasien perempuan (23.8%). Mayoritas derajat ulkus yang didapatkan adalah Wagner derajat II, yaitu ulkus dalam, menyebar hingga mencapai ligamen dan otot, tidak terdapat keterlibatan tulang dan tidak terbentuknya abses. Infeksi monomikrobial ditemukan 85.7% sedangkan infeksi<br />polimikrobial sebanyak 14.3%. Bakteri Gram positif didapatkan 62.5% dan Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme yang paling mendominasi. Gram negatif didapatkan 37.5% dan Escherichia coli adalah bakteri yang mendominasi organisme gram negatif. Bakteri penyebab ulkus diabetikum adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Citrobacter<br />freundii, Escherichia coli, dan Proteus mirabilis. <br /><br />Kata kunci: bakteri, infeksi, ulkus diabe2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2855Hubungan Antara Parent and Peer Attachment terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung2021-01-14T04:42:40+00:00Dicky Auliansyahdicky.vvip@gmail.comDwita oktariadicky.vvip@gmail.comOktafany Oktafanydicky.vvip@gmail.comMerry Indah Saridicky.vvip@gmail.comMotivasi menjelaskan hal yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah lingkungan. Attachment menjadi faktor penting karena menjadi dasar untuk berinteraksi dalam mengekplorasi lingkungan secara independen. Dukungan orang tua dan teman dianggap sebagai faktor yang sangat penting dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara parent and peer attachment terhadap motivasi belajar. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Terdapat 157 responden yang mengikuti penelitian ini. Kelekatan mahasiswa dinilai dengan Inventory Parent and Peer Attachment dan motivasi dengan Motivated Strategies for Learning Questionnaire. Hasil penelitian 99,4% responden memiliki kelekatan secure dan 0,6% memiliki kelekatan insecure terhadap<br />parent attachment. 98,1% responden memiliki kelekatan secure dan 1,9% memiliki kelekatan insecure terhadap peer attachment. 3,2% responden memiliki motivasi rendah dan 96,8% responden memiliki motivasi tinggi. Hasil analisis statistik menggunakan uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara parent attachment dengan motivasi belajar<br />(p = 0,968) dan tidak ada hubungan antara peer attachment dengan motivasi belajar (p = 0,907), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara parent and peer attachment terhadap motivasi belajar mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.<br /><br />Kata kunci : IPPA (Inventory parent and peer attachment), MSLQ (Motivated Strategies for Learning Questionnaire),<br />motivasi belajar<br />Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2856Perbandingan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat I, II dan III Fakultas Kedokteran Universitas Lampung2021-01-14T04:42:40+00:00Nabila Casogi Adryananabilacasogi9@gmail.comOktafany Oktafanynabilacasogi9@gmail.comEty Apriliananabilacasogi9@gmail.comDwita Oktarianabilacasogi9@gmail.comStres merupakan kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, mental dan spiritual dalam mengatasi ancaman yang ada dan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Mahasiswa merupakan individu yang dipersiapkan untuk menjadi sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui perbedaan tingkat stres pada mahasiswa tingkat I, II, dan III Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini adalah penelitian<br />deskriptif dengan menggunakan desaincross sectional. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode proportionate stratified random sampling denganalat ukur berupa kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji One-way ANOVA. Penelitian dilakukan terhadap 312 responden dengan jumlah tingkat I sebanyak 102 orang, tingkat II sebanyak 100 orang, dan tingkat III sebanyak 98 orang.Pada tingkat I didapatkan stressedang sebesar 76,5% dan stres berat 23,5%, tingkat II<br />didapatkan stres sedang sebesar 82% dan stres berat 18%, dan tingkat III didapatkan stres sedang sebesar 65.3% dan stres berat 34.7%. Perbandingan tingkat stres dan tingkat pendidikan di uji denganOne-way ANOVA dan didapatkan nilai p yaitu 0,001. Yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada tingkat stres mahasiswa tingkat I, II, dan III Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini memiliki pebedaan bermakna antara tingkat stres mahasiswa tingkat I, II, dan III<br />Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.<br /><br />Kata Kunci: mahasiswa,pendidikan, stres2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2859Peningkatan Risiko infeksi Multi Drugs Resitant Tuberculosis (MDR-TB) pada Penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)2021-01-14T04:42:40+00:00Dwiki Wijaya Rahmandwikiwijaya2601@gmail.comEty Aprilianadwikiwijaya2601@gmail.comInfeksi HIV merupakan tantangan terbesar terhadap upaya pengendalian Tuberkulosis. Penderita HIV akan berpotensi lebih besar terinfeksi tuberkulosis sebagai penyakit oportunistik atau memperparah tuberkulosis yang sudah ada menjadi tuberkulosis yang aktif. MDR-TB merupakan tuberkulosis yang resisten terhadap minimal 2 macam Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Penderita HIV akan lebih berisiko mengalami koinfeksi MDR-TB karena beberapa hal, salah satunya seperti infeksi<br />HIV yang dapat menyebabkan malabsorbsi OAT, seperti rifampisin dan etambutol, pengobatan yang terlalu banyak menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan, dan kemungkinan penderita HIV dan MDR-TB yang berada di wilayah prevalensi yang sama, seperti di rumah sakit dan lingkungan padat penduduk menyebabkan transmisi MDR-TB lebih mudah terkena pada penderita HIV akibat sistem imun yang melemah.<br /><br />Kata Kunci: HIV, MDR-TB, Tuberkulosis. <br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2861Manifestasi Kelainan Kulit pada Penyakit Corona Virus (COVID-19)2021-01-14T04:42:40+00:00Astrid Anandaastridanandaa@gmail.comDwi Indria Anggrainiastridanandaa@gmail.comHendra Tarigan Siberoastridanandaa@gmail.comCOVID-19 ditetapkan WHO menjadi pandemi sejak Maret 2020. Manifestasi kelainan kulit mulai dilaporkan terjadi pada pasien<br />COVID-19. Pada COVID-19 terjadi respon hiperimun yang menyebabkan produksi berlebihan dari respon sitokin proinflamasi (TNF, IL-6, dan IL-1 beta) yang disebut sebagai badai sitokin. Hal ini menjadi mekanisme yang menyebabkan kerusakan lokal pada kulit. Aktivasi jalur koagulasi selama respon imun terhadap infeksi menyebabkan produksi berlebih sitokin yang berdampak pada kerusakan multiorgan. Ketidakseimbangan prokoagulan-antikoagulan memengaruhi terjadinya mikrotrombosis,<br />disseminated intravascular coagulation (DIC) dan kegagalan multi-organ. Mekanisme ini menjelaskan kejadian lesi nekrotik, hemoragik dan livedo retikularis. Manifestasi kelainan kulit muncul antara 3 hari sebelum hingga 13 hari sesudah diagnosis COVID-19. Manifestasi yang sering muncul dapat berupa ruam morbiliform, urtikaria, erupsi vesikular (varicella-like), jari kaki covid (Chilblains-like), erupsi livedoid, dan petechiae. Daerah predileksi yang paling sering terjadi kelainan adalah tangan, kaki,<br />dan batang tubuh. Kebanyakan manisfestasi kulit ini dapat sembuh sendiri.<br /><br />Kata Kunci: COVID-19, kelainan kulit, SARS-CoV-2<br /><br /><br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majorityhttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2860Carotid Cavernous Fistula2021-01-14T04:42:40+00:00Neli Salsabilasalsabilaneli20@gmail.comRani Himayanisalsabilaneli20@gmail.comCarotid cavernous fistula (CCF) adalah suatu komunikasi abnormal antara arteri dan vena di dalam sinus kavernosus. Penyebab CCF yang paling umum (70%-90%) adalah karena trauma dan CCF spontan (30%) karena aneurisma atau adanya arteri aterosklerotik. Gejala yang beragam dapat ditemukan pada kasus CCF seperti kemosis konjungtiva, proptosis,<br />pulsating eksoftalmus, pandangan ganda, oftalmoplegia, nyeri orbital, bruit dan kebutaan. Terkadang CCF spontan salah diagnosis menjadi konjungtivitis atau terlambat di diagnosis. Kerusakan saraf kranial dan kehilangan penglihatan pada CCF bisa menjadi permanen apabila tidak diobati. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kasus CCF, dari anamnesa dan pemeriksaan fisik sehingga jika diagnosa CCF sendiri sudah ditegakkan di bidang mata, maka akan dirujuk kepada bedah saraf untuk penatalaksanaan selanjutnya. Anamnesa mencari etiologi dari CCF dan pemeriksaan oftalmologis untuk melihat gejala dan tanda yang ada pada kasus CCF, serta diagnosa juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi berupa computed tomography scan (CT Scan) dan angiografi serebral sebagai baku emas. Penatalaksanaan CCF<br />pada bidang mata berupa pemberian terapi medikamentosa atau pembedahan apabila didapatkan tekanan intraokular yang meningkat dan penanganan gejala lainnya pada mata. Berdasarkan gejala pasien, pengobatan dapat berupa observasi, intervensi neuro-radiologis, atau intervensi bedah saraf.<br /><br />Kata Kunci: angiografi serebral, bruit, carotid cavernous fistula <br />2020-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 Jurnal Majority