JUKE Unila https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke en-US minervanadiaputri@gmail.com (Sofyan Musyabiq) a4nhidayad@gmail.com (Andries Hidayad) Sun, 10 May 2015 13:59:49 +0000 OJS 3.1.1.2 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Cover Maret 2015 https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/621 Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/621 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Susunan Redaksi https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/622 Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/622 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Daftar Isi https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/623 Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/623 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Pedoman Bagi Penulis https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/624 Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/624 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Mitra Bebestari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/673 Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/673 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Pengaruh Pemberian Infusa Kopi dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/625 <p>Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi pada darah. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penanganan penyakit diabetes dilakukan dengan pemberian insulin atau obat antidiabetes. Namun demikian, pemberian obat ini sering menimbulkan efek samping bagi penderita diabetes. Oleh karena itu, perlu dicari obat antidiabetes yang aman dan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan infusa kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa kopi terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan 27 ekor mencit yang dibagi menjadi 9 kelompok. Satu kelompok mencit digunakan sebagai kontrol normal dan kelompok mencit lainnya diinduksi aloksan 4,8 mg/g bb dan diberikan infusa kopi dosis 0, 6, 12, 18, 24, 30, 36, dan 42 mg/kg bb sehari sekali selama 7 hari mulai hari ke-8 pasca induksi aloksan. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-7 dan ke-28 setelah induksi aloksan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa kopi dosis 36 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal dengan kadar glukosa darah sebesar 154 mg/dL. Simpulan, infusa kopi dapat menurukan kadar glukosa darah. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):1-8]</strong><strong></strong></p> - Subeki, - Muhartono ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/625 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Pengaruh Herbisida Paraquat Dichlorida Oral terhadap Derajat Kerusakan pada Esofagus Tikus https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/626 Penggunaan herbisida di Indonesia terutama di sektor pertanian akhir−akhir ini ternyata semakin meningkat. <em>Paraquat </em>merupakan salah satu bahan aktif herbisida jenis <em>gramoxone</em> yang merupakan jenis herbisida yang paling banyak digunakan. Penggunaan <em>paraquat</em> dengan sembarangan dapat merusak berbagai macam organ termasuk traktus gastrointestinal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek paparan herbisida golongan <em>paraquat </em>diklorida<em> </em>terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih  (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur <em>Sprague dawley</em>. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan desain <em>post test only control group design</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus yang terbagi kedalam 5 kelompok. K merupakan kelompok kontrol yang diberi akuades,  P1 yang diberi <em>paraquat</em> 25 mg/KgBB, P2 yang diberi <em>paraquat</em> 50 mg/KgBB, P3 yang diberi <em>paraquat</em> 100 mg/KgBB dan P4 yang diberi <em>paraquat</em> 200 mg/KgBB. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji <em>One Way ANOVA </em>dan uji alternatifnya yaitu uji <em>Kruskal Wallis</em>. Sedangkan untuk melihat keeratan hubungan antar variabelnya digunakan uji <em>Man Whitney</em>. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian herbisida golongan <em>paraquat </em>diklorida per−oral terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>)  jantan galur <em>Sprague dawley </em>(p=0,002). Hasil penelitian juga menunjukan ada pengaruh peningkatan dosis herbisida golongan <em>paraquat </em>diklorida terhadap derajat kerusakan esofagus tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur <em>Sprague dawley</em>. Simpulan, terdapat pengaruh herbisida paraquat dichlorida oral terhadap derajat kerusakan pada esofagus tikus. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):9-12]</strong> Indri Windarti, - Muhartono, I Gede Eka Widayana ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/626 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Perbedaan Kemampuan Memori Kerja pada Tikus Pasca Paparan Gelombang Elektromagnetik dari Handphone Selama 14 Hari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/627 <p>Penggunaan <em>handphone</em> sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Hal ini  merupakan sebuah ancaman serius untuk kesehatan manusia. Paparan gelombang Elektromagnetik (EM) dapat menyebabkan gangguan pada otak manusia baik pada struktur, fungsi maupun aspek biokimiawinya. Stres akibat paparan gelombang EM dapat mengganggu fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan nilai memori kerja pada tikus putih  (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur <em>Sprague dawley</em>. Pada penelitian ini<strong> </strong>digunakan 18 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) galur <em>Sprague dawley, </em>berusia 2-3 minggu dibagi ke dalam 3 kelompok,  yaitu kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan 1 (P1) dipaparkan dengan gelombang EM dari <em>handphone</em> 1 jam/hari (P1), dan P2 dipaparkan dengan durasi 3 jam/hari selama 14 hari. Pengujian memori kerja menggunakan <em>radial arm maze</em>. Hasil rerata memori kerja pada masing-masing kelompok adalah sebagai berikut K: 2%, P1: 1,33%, P2: 2,33%. Dari hasil analisa <em>One Way </em><em>ANOVA</em> didapatkan nilai p=0,55 (p&gt;0,05). Simpulan, paparan gelombang EM <em>handphone</em> selama 14 hari tidak mempengaruhi kemampuan memori kerja tikus putih  (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur <em>Sprague dawley.</em><strong> [JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>13</strong><strong>-</strong><strong>17</strong><strong>]</strong><em></em></p> Anggraeni Janar Wulan, Rekha Nova Iyos, Muhammad Aditya ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/627 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Faktor Risiko Pola Makan dan Hubungannya dengan Penyakit Jantung pada Pria dan Wanita Dewasa di Provinsi Lampung https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/628 Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup seperti pola makan yang menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang karena mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan disinyalir menjadi faktor risiko meningkatnya prevalensi penyakit jantung. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor risiko pola makan dan<strong> </strong>hubungannya dengan penyakit jantung pada pria dan wanita dewasa di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan disain penelitian <em>cross-sectional. </em>Penelitian ini menganalisis  faktor risiko pola makan yang berhubungan dengan penyakit jantung antara lain kebiasaan konsumsi sayur dan buah<strong>, </strong>kebiasaan konsumsi makanan berlemak<strong>, </strong>kebiasaan makanan asin<strong>, </strong>kebiasaan konsumsi alkohol pada pria dan wanita dewasa di Provinsi Lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Lampung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia. Prevalensi penyakit jantung pada pria dan wanita dewasa di Provinsi Lampung adalah 3,8 %. Terdapat hubungan antara konsumsi makanan asin dengan penyakit jantung (OR=1,17). Tidak terdapat hubungan antara riwayat konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir dengan penyakit jantung (p=0,226). Didapatkan konsumsi sayur dan buah merupakan faktor protektif terhadap penyakit jantung (OR=0,83). Simpulan, penderita jantung Provinsi Lampung harus memperhatikan pola makan meliputi mengurangi konsumsi makanan asin dan meningkatkan konsumsi sayur dan buah. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):18-22]</strong> Reni Zuraida ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/628 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Determinan Kondisi Rumah Penderita Tuberkulosis Paru di Kota Bandar Lampung https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/629 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular dengan potensi penularan yang sangat tinggi, sehingga angka kejadiannya terus meningkat. Insiden kasus secara global pada tahun 2013 meningkat dibanding tahun 2012. Terdapat beberapa determinan yang berpengaruh terhadap penularan TB, termasuk kondisi rumah. Kondisi rumah adalah indikator sosial ekonomi kesehatan dan kesejahteraan yang berkaitan dengan lingkungan. Kondisi rumah yang tidak baik berhubungan erat dengan TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kondisi rumah penderita TB periode Januari-Juli 2012 dan membandingkannya dengan bukan penderita TB. Penelitian ini dilakukan di di 27 puskesmas dan 1 rumah sakit di Bandar Lampung yang telah melaksanakan strategi <em>Directly Observed Treatment Short-course</em> (DOTS). Responden penelitian ini terdiri dari 238 penderita TB BTA positif dan 238 bukan penderita TB. Variabel pada penelitian ini terdiri dari kondisi rumah yang diukur melalui indikator kepadatan rumah, kecukupan ventilasi dan keberadaan polusi dalam rumah. Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan alat bantu kuesioner yang kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita TB mempunyai kepadatan rumah yang lebih tinggi, ventilasi yang lebih kurang dan sumber polusi dalam rumah yang lebih banyak dibandingkan bukan penderita TB. Simpulan, determinan kondisi rumah penderita TB lebih rendah dibandingkan bukan penderita TB. Pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk mendukung program pengendalian TB, khususnya dalam implementasi strategi DOTS yang disertai dengan perbaikan kondisi rumah. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):23-27]</strong> Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/629 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Identifikasi Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths pada Makanan Berbahan Sayuran Mentah yang Dijajakan Kantin Sekitar Kampus Universitas Lampung Bandar Lampung https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/630 <p>Infeksi cacing usus merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, terutama di daerah beriklim tropis. Penyakit ini ditularkan melalui tanah, disebut <em>soil transmitted helminths</em><em>.</em><em> </em>Spesies kelompok <em>helminth</em> tersebut adalah <em>A</em>. <em>lumbricoides, T. trichiura, </em>dan cacing kait. Penyakit ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan,  yang salah satunya dapat digambarkan melalui status gizi. Sayuran segar dapat menjadi agen transmisi telur cacing. Memakan sayuran mentah dapat meningkatkan kemungkinan bawaan infeksi parasit. Universitas Lampung merupakan universitas negeri dengan ribuan mahasiswa yang merupakan bagian dari generasi penerus bangsa. Pada umumnya mahasiswa membeli makanan di sekitar kampus. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kontaminasi telur <em>soil transmitted helminths</em> pada makanan berbahan sayuran mentah yang dijajakan kantin di sekitar Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif, dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2011. Sampel diperoleh secara <em>total sampling</em> dari 19 kantin di sekitar lingkungan kampus. Pemeriksaan telur cacing dilakukan secara mikroskopis, dengan metode sedimentasi. Hasil penelitian ini adalah teridentifikasi kontaminasi telur cacing pada 4 sampel (21,1%). Kontaminan tersebut adalah telur <em>A. lumbricoides </em>(50%)<em>,</em> cacing kait (25%), dan kombinasi <em>T.trichiura</em> dan  <em>A. lumbricoides </em>(25%)<em>. </em>Angka kontaminasi tersebut lebih rendah dibadingkan angka kontaminasi sayuran di pasar tradisional. Hal ini menggambarkan telah ada upaya pengelolaan bahan makanan, namun belum optimal. Simpulan, telah teridentifikasi kontaminasi telur cacing usus pada 21,1% makanan berbahan sayuran mentah. Hal ini perlu diperhatikan karena merupakan risiko terjadinya infeksi cacing usus pada pengkonsumsinya. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):28-32]</strong></p> Hanna Mutiara ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/630 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Evaluasi Penatalaksanaan Abses Leher Dalam di Departemen THT-KL Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012–Desember 2012 https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/631 <p>Abses leher dalam didefinisikan sebagai kumpulan nanah setempat yang terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam akibat kerusakan jaringan yang berasal dari penjalaran infeksi gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Penatalaksanaan bertujuan menurunkan angka morbiditas dan terutama mortalitas, meliputi insisi dan drainase serta pemberian antibiotik yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan abses leher dalam di Departemen THT-KL Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif  retrospektif pada penderita yang terdiagnosis abses leher dalam berdasarkan data rekam medik periode Januari-Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan 28 pasien, laki–laki (68%) dan perempuan (32%), terjadi pada kelompok usia terbanyak  20-39 tahun (50%), dengan tingkat sosial ekonomi rendah (64%). Berdasarkan jenis atau lokasi abses didapatkan terbanyak abses peritonsiller (32%) dengan sumber infeksi terbanyak dari odontogenik (50%). Penatalaksanaan terbanyak, antibiotik disertai insisi drainase (43%). Lama perawatan diperoleh terbanyak &lt;7 hari (39%) dengan kondisi saat pulang terdapat perbaikan (71%). Simpulan penatalaksanaan abses leher dalam di Departemen THT-KL RSHS Bandung<strong> </strong>periode<strong> </strong>Januari-Desember 2012 memperlihatkan kondisi pasien saat pulang dengan perbaikan. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>33-37</strong><strong>]</strong></p> Mukhlis Imanto ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/631 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria di Gedung Rektorat Universitas Lampung https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/632 <p>Salah satu faktor yang dapat mempercepat penurunan fungsi paru adalah merokok. Penurunan fungsi paru ditandai dengan penurunan nilai volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1), penurunan kapasitas vital paksa (KVP) dan rasio VEP1/KVP. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh lama merokok dan jumlah konsumsi harian terhadap rasio VEP1/KVP pada pegawai laki laki di Rektorat Universitas Lampung. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian <em>cross sectional</em><em>.</em> Penelitian ini dilakukan di Rektorat Universitas Lampung pada bulan Desember 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai laki-laki dengan rentang usia 25-50 tahun di Rektorat Universitas lampung. Sampel penelitian berjumlah 68 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan <em>consecutive sampling.</em> Adapun analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji <em>c</em><em>hi-</em><em>s</em><em>quare</em>. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik mulai dari pemilihan variabel ke analisis regresi logistik sampai model akhir, yang menjadi faktor dominan terhadap rasio VEP1/KVP adalah jumlah konsumsi harian rokok 1-10 batang dengan <em>p</em>=0,005. Simpulan. lama merokok dan jumlah konsumsi harian rokok berpengaruh terhadap rasio VEP1/KVP pegawai laki-laki usia 25-50 tahun di Rektorat Universitas Lampung.<strong> [JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>38-42</strong><strong>]</strong></p> Khairun Nisa, Liana Sidharti, Muhammad Farid Adityo ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/632 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013 https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/633 <p>Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai pada sistem genitalia wanita. Tumor ovarium dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu tumor jinak, <em>bordeline</em>, dan tumor ganas. Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan sampel dari penderita kanker ovarium di RSUD dr. H. Abdul Moeloek (RSAM) Bandar Lampung dari tahun 2009-2013. Didapatkan sampel sebanyak 24 orang. Dianalisis dengan analisis univariat. Dari penelitian ini didapatkan usia penderita kanker ovarium di RSAM Bandar Lampung yang terbanyak adalah berusia 31-40 tahun yaitu 10 orang (41,7%). Ukuran kanker ovarium yang terbanyak yaitu berukuran 10 cm dan 15 cm yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (33,3%). Jenis kanker yang terbanyak adalah karsinoma epitelial yaitu 16 orang (66,7%) dengan jenis terbanyak adalah adenokarsinoma jenis serosum sebanyak 5 orang (20,8%). Simpulan, sebagian besar penderita penyakit kanker ovarium di RSAM Bandar Lampung periode 2009-2013 berusia  31-40 tahun, dengan diameter 10 cm dan 15 cm. Jenis kanker yang paling sering dijumpai adalah karsinoma epitelial yaitu adenokarsinoma jenis serosum. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>43-47</strong><strong>]</strong></p> Resti Arania, Indri Windarti ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/633 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/634 <p>Penggunaan steroid jangka panjang pada pasien morbus Hansen dengan reaksi reversal dapat menimbulkan penekanan sistem imun sehingga lebih mudah mencetuskan dermatomikosis superfisialis. Terdapat berbagai pilihan terapi dermatomikosis. Perlu tatalaksana yang tepat pada pasien dengan reaksi reversal yang menderita infeksi jamur agar morbiditas cepat teratasi. Laporan kasus ini menunjukkan keberhasilan terapi dermatomikosis luas pada pasien Morbus Hansen dengan reaksi reversal. Pasien laki-laki berusia 36 tahun dengan bercak merah yang makin meluas dan terasa gatal terutama saat berkeringat atau panas  di kedua lipat paha dan bawah pusar sejak dua bulan yang lalu. Timbul juga keluhan bercak putih, bersisik, tidak baal di kedua lengan dan punggung sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah berhenti dari terapi morbus Hansen sejak sekitar dua tahun lalu. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang ditegakkan diagnosis tinea fasialis, korporis, <em>et</em> kruris, pitiriasis versikolor, dan morbus Hansen tipe borderline lepromatosa <em>release from treatment</em> dengan reaksi reversal. Terapi yang diberikan selama dua minggu berupa terbinafin tablet 250 mg/hari dan sampo ketokonazol 2% dioleskan ke seluruh tubuh kecuali wajah dan genitalia 1 kali per hari selama 10 menit sebelum mandi. Selain itu, tatalaksana linen infeksius dan menjaga higiene. Hasil evaluasi dua minggu pasca terapi, pasien dinyatakan sembuh berdasarkan klinis dan laboratoris. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):48-53]</strong></p> Dwi Indria Anggraini ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/634 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Kekerasan dalam Rumah Tangga: Laporan Kasus https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/635 <p>Keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tenteram, dan damai merupakan dambaan setiap orang dalam rumah tangga. Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu apabila kualitas pengendalian diri orang-orang yang ada dalam lingkup rumah tangga tidak dapat dikontrol yang pada akhirnya dapat terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah global yang menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan gangguan kesehatan mental. Kasus KDRT harus ditangani secara tuntas agar tidak terjadi “lingkaran kekerasan”. Untuk mencegah, melindungi korban serta menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga maka negara dan masyarakat berkewajiban memberikan perlindungan kepada korban KDRT sebagaimana kemudian diatur di dalam UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT. Pembuktian terhadap kasus KDRT dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT dapat dilakukan dengan hanya mendengarkan keterangan saksi korban, atau dapat juga ditambah dengan alat bukti yang lain. Salah satu cara untuk membuktikan tindak pidana KDRT ini adalah dengan menggunakan Visum et Repertum (VeR). Kasus, seorang perempuan, 44 tahun, datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan dibuatkan VeR atas tindak KDRT yang dialaminya. Simpulan, VeR merupakan salah satu alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), meskipun mengenai VeR ini tidak diatur secara khusus dalam KUHAP namun VeR ini termasuk dalam kategori alat bukti surat dan alat bukti keterangan ahli. <strong>[JuKe Unila 201</strong><strong>5</strong><strong>; 5(9):54-60]</strong></p> Winda Trijayanthi Utama, Asep Sukohar ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/635 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Pendekatan Holistik Penatalaksanaan Gagal Jantung NYHA Functional Class III pada Pasien Laki-Laki Usia 69 Tahun dengan Pekerjaan Pedagang Sembako https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/636 <p>Gagal jantung kronik masih merupakan penyakit kardiovaskular dengan peningkatan beban hospitalisasi dan pengeluaran biaya perawatan kesehatan. Prevalensi gagal jantung meningkat dengan peningkatan usia harapan hidup, dengan gagal jantung diastolik yang dominan terjadi pada populasi lanjut usia. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk insidensi dan progresifitas gagal jantung. Penyakit jantung hipertensi merupakan akibat abnormalitas termasuk di dalamnya hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik dan diastolik, dan manifestasi kliniknya meliputi gagal jantung simptomatik. Penerapan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik dan paripurna berbasis <em>evidence based medicine </em>pada pasien lanjut usia dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis, serta prinsip penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien (<em>problem oriented</em>). Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, <em>home visit</em> untuk menilai kondisi  rumah dan keluarga. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil disajikan dalam format <em>case report.</em> Laki-laki usia 69 tahun dengan keluhan sesak napas saat beraktivitas sejak lebih dari 5 tahun dan juga sesak napas saat beristirahat. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 25 tahun. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, laju nadi 89x/menit. Terdapat murmur pansistolik dan peningkatan tekanan vena jugular 2 cm di atas normal. Pasien didiagnosa dengan gagal jantung NYHA kelas III dan diterapi dengan diuretik, penghambat ACE, ISDN, aspirin, diet rendah garam dan restriksi asupan cairan. Telah dilakukan penatalaksanaan pasien dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik dan paripurna, berbasis <em>evidence based medicine</em>. Perbaikan klinis belum dapat dilihat pada akhir masa intervensi, karena membutuhkan waktu yang lama sesuai patofisiologi penyakit dan kerjasama antara pasien, keluarga dan provider pelayanan kesehatan. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9)</strong><strong>:61-68</strong><strong>]</strong></p> Fitria Saftarina, Febrina Dwiyanti ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/636 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Diagnosis dan Tatalaksana Polymyositis https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/637 <p>Polymyositis adalah miopati inflamasi idiopatik yang menyebabkan kelemahan otot simetris proksimal, peningkatan kadar enzim otot rangka, serta elektromiografi (EMG) dan temuan biopsi otot yang spesifik. Wanita 51 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada otot tangan dan kaki sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Laboratorium menunjukkan peningkatan transaminase dan <em>creatin kinase</em> (CK) serta ANA dan anti-dsDNA yang positif. Pasien didiagnosis polymyositis autoimun dan diterapi dengan steroid. Polymyositis merupakan penyakit yang jarang. Diagnosis dan tatalaksana yang baik pada pasien polymyositis dapat mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki kualitas hidupnya. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):69-75]</strong></p> Ade Yonata ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/637 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Phlegmon Dasar Mulut Odontogenik: Laporan Kasus https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/620 Infeksi gigi merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Infeksi gigi kebanyakan ringan, namun pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi komplikasi serius dan fatal. Salah satu komplikasi tersebut adalah phlegmon/angina Ludwig’s. Pasien laki-laki, 21 tahun, datang dengan keluhan bengkak pada leher sepanjang bawah rangan kanan dan kiri hingga ke leher depan, disertai nyeri, demam, nyeri saat mengunyah. Keluhan tidak disertai dengan gangguan napas, trismus, nyeri tenggorokan, maupun nyeri dada. Pasien memiliki masalah gigi berlubang pada gigi molar 2 rahang bawah kiri. Dari pemeriksaan fisik didapatkan caries dentis pada molar 2 kiri rahang bawah, dasar mulut tampak menonjol di bawah lidah, tidak ditemukan abses tonsil, tidak didapatkan trismus, dan faring tenang. Pada leher didapatkan edem hiperemis sepanjang submandibula kanan dan kiri hingga leher depan setinggi kartilago tiroid, teraba hangat, kenyal, dan terdapat nyeri tekan. Dari hasil laboratorium didapatkan leukosistosis dan pemeriskaan rontgen toraks dalam batas normal. pasien didiagnosis dengan phlegmon dasar mulut dan segera dilakukan bedah insisi debridement dengan pemasangan drainase serta diberikan antibiotik intra vena dengan sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole. Selama perawatan pasien membaik dan direncanakan untuk konsultasi ke dokter gigi untuk masalah gigi pasien. Simpulan, phlegmon dasar mulut/angina Ludwig dapat berkomplikasi fatal dan dapat menyebabkan kematian, sehingga diagnosis dan tatalaksana segera dapat menyelamatkan pasien. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi gigi (odontogenik). [JuKe Unila 2015; 5(9):76-80] Muhammad Aditya, Anggraeni Janar Wulan ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/620 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Full-Thickness Skin Grafts https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/638 <p><em>Skin grafts</em> adalah tindakan memindahkan bagian dari kulit yang telah dipisahkan dari tempat suplai darah lokalnya ke lokasi lain. Teknik ini telah dilakukan sejak 2.500 hingga 3.000 tahun lalu. Skin grafts dapat dibagi menjadi empat tipe yakni <em>full-thickness skin grafts </em>(FTSG)<em>, split-thickness skin grafts </em>(STSG)<em>, composite grafts, </em>dan <em>free cartilage grafts.</em> <em>Full-thickness skin grafts</em> terdiri atas pemindahan keseluruhan epidermis dan <em> </em>dermis, termasuk struktur adneksa seperti folikel rambut dan kelenjar keringat. Prosedur <em>skin grafts</em> sering dilakukan di Divisi Tumor Bedah Kulit Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin terutama untuk terapi pasien dengan keganasan kulit yang tidak dapat atau sulit ditutup dengan tindakan bedah lain, seperti <em>flap</em>. Prosedur Skin grafts yang sering dilakukan yaitu FTSG. Sari pustaka ini akan membahas mengenai FTSG secara keseluruhan, baik indikasi, kontraindikasi, persiapan pra operasi, pemilihan daerah donor, teknik melakukan tindakan, perawatan paska operasi, dan komplikasi paska operasi. Diharapkan sari pustaka ini dapat membantu pembaca agar mampu melakukan penjelasan dan menjawab pertanyaan dan harapan pasien dengan benar, mampu memahami, mengerti dan dapat melaksanakan prosedur FTSG. Mengetahui, memahami dan mampu melakukan tindakan FTSG sangat diperlukan bagi seorang ahli kulit untuk membantu menyelesaikan masalah keganasan kulit yang semakin meningkat. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):81-88]</strong></p> Hendra Tarigan Sibero ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/638 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Obesitas dan Stres Oksidatif https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/639 <p>Penderita obesitas meningkat pesat akhir-akhir ini baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia prevalensi obesitas cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Obesitas memegang peran penting dalam patogenesis berbagai kejadian penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, proses penuaan, serta kanker. Obesitas juga dihubungkan dengan terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti penyumbatan pembuluh darah, hiperlipidemik, aterosklerosis, dan stroke. Pada keadaan obesitas bisa memicu timbulnya keadaan stres oksidatif karena ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan di dalam tubuh. Obesitas erat kaitannya dengan stres oksidatif, dikarenakan adanya peranan cAMP (<em>cyclic Adenosin</em><em> </em><em>Mono</em><em> </em><em>Phosphat</em>) dalam pengaturan keseimbangan energi. Jaringan adiposa selain berperan sebagai tempat penyimpanan energi juga berfungsi sebagai organ endokrin, yang  bertanggung jawab terhadap patofisiologi stres oksidatif serta sindrom metabolik dan kelainan kardiovaskular. Pada keadaan obesitas terjadi proses inflamasi, lipogenesis yang berlebihan, penghambatan lipolisis, serta meningkatkan apoptosis adiposit. Obesitas akhirnya meningkatkan pelepasan <em>Reactive Oxygen Species</em> (ROS) dan akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan stres oksidatif. Stres oksidatif adalah keadaan saat jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya. Pada kondisi stres oksidatif akan menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ yang kemudian bisa memicu terjadinya penyakit-penyakit degeneratif. Simpulan<strong>, </strong>obesitas memicu proses inflamasi dan kelainan metabolisme yang akan mengakibatkan peningkatan stres oksidatif. Stres oksidatif yang berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan serta memicu munculnya penyakit-penyakit degeneratif. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>89</strong><strong>-</strong><strong>93</strong><strong>]</strong></p> Tiwuk Susantiningsih ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/639 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Vitiligo https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/640 <p>Vitiligo merupakan penyakit kulit dan membran mukosa kronis akibat destruksi melanosit, dengan karakteristik makula depigmentasi, mempunyai faktor predisposisi multifaktorial dan faktor pencetus seperti trauma, terbakar matahari, stres, dan penyakit sistemik. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. Teori patofisiologi vitiligo yang paling berperan antara lain mekanisme autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan, neural, dan virus. Manifestasi klinis berupa makula amelanotik berwarna putih susu atau seperti kapur, biasanya berbatas tegas dan tepi dapat berlekuk. Klasifikasi vitiligo antara lain segmental, akrofasial, generalisata, dan universal, atau berdasarkan pola daerah yang  terkena yaitu jenis fokal, campuran, dan mukosa. Penyakit endokrinopati yang sering ditemukan pada pasien vitiligo antara lain disfungsi tiroid, penyakit hipertiroid lain (penyakit Grave) atau hipotiroid (tiroiditis Hashimoto). Pemeriksaan laboratorik yang membantu dalam membangun diagnosis vitiligo, antara lain kadar <em>thyroid stimulating hormone</em>, <em>anti-nuclear antibody</em>, dan darah lengkap. Pada pemeriksaan histologi tidak ditemukan melanosit pada lesi kulit. Pengobatan berupa tabir surya, kortikosteroid topikal, imunumodulator topikal, kalsipotriol topikal, pseudokatalase, kortikosteroid sistemik, PUVA, NBUVB, laser excimer, bioskin, laser helium neon, khellin, L-fenilalanin, antioksidan, depigmentasi, <em>autologous thin thiersch grafting</em>, <em>suction blister grafts</em>, transplantasi kultur melanosit <em>autologous</em>, kamuflase, TNF-α, dan imunosupresan sistemik. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):94-103]</strong><strong></strong></p> Rika Lukas, Hendra Tarigan Sibero ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/640 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Klinik di Institusi Pendidikan Kedokteran https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/641 <p>Keterampilan klinik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran. Pembelajaran keterampilan klinik saat ini sudah mengalami pergeseran dan sudah dimulai dari tahap pre-klinik pada <em>setting</em> khusus yang dikenal sebagai <em>s</em><em>kills-lab</em>. Namun demikian, pembelajaran keterampilan klinik pada <em>setting</em> <em>s</em><em>kills-lab</em> ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang banyak serta biaya yang cukup mahal. Simpulan, ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran keterampilan klinik di <em>s</em><em>kills-lab</em> tersebut, diantaranya adalah konten materi, metode penyampaian, peserta, instruktur, peralatan serta lingkungan pembelajarannya. Kesemua faktor tersebut harus berjalan dengan baik agar proses pembelajaran keterampilan klinik tersebut bisa mencapai tujuannya. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):104-109]</strong></p> Oktadoni Saputra, Rika Lisiswanti ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/641 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Ruptur Uteri https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/642 <p>Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Manifestasi perdarahan masih merupakan trias penyebab kematian maternal tertinggi, di samping preeklampsi/eklampsi dan infeksi. Angka kematian ibu akibat perdarahan yang disebabkan ruptur uteri berkisar antara 17,9%  sampai 62,6%. Saat persalinan kala I dan awal kala II batas antara segmen bawah rahim dan segmen atas rahim dinamakan lingkaran retraksi fisiologis, jika bagian terbawah tidak mengalami kemajuan akan timbul retraksi patologis (<em>Bandl</em><em>’s</em> <em>r</em><em>ing</em>). Apabila saat persalinan tetap tidak ada kemajuan maka akan terjadi ruptur uteri dan menyebabkan komplikasi berupa kematian maternal. Simpulan, ruptur uteri masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal dan janin dalam rahim paling tinggi di Indonesia. Untuk itu diperlukan ketepatan dalam mendiagnosis terjadinya ruptur uteri dan melakukan penatalaksaaan dengan tepat dan cepat sehingga angka kematian akibat komplikasi persalinan dapat menurun. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>110-114</strong><strong>]</strong></p> Ratna Dewi Puspita Sari ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/642 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan Mahasiswa Kuliah Dalam Kelas Besar https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/649 <p>Kuliah masih merupakan salah satu strategi pembelajaran yang tidak bisa dihilangkan. Dengan adanya kuliah mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan dari ahlinya walaupun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum <em>Problem-Based Learning</em> (PBL). Akhir-akhir ini banyak keluhan karena motivasi mahasiswa kuliah menurun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk kuliah atau mengikuti perkuliahan. Faktor tersebut di antaranya adalah metode PBL yang mendukung mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan <em>Self-Directed Learning</em> (SDL) sehingga mahasiswa terbiasa mandiri. Kemudian keterampilan dosen dalam mengajar, mengaktifkan, dan memotivasi mahasiswa. Faktor lainnya adalah motivasi mahasiswa yang rendah, gaya belajar yang tidak sesuai, dan lingkungan belajar yang tidak mendukung. Simpulan, Untuk meningkatkan ketertarikan mahasiswa bisa dilakukan dengan mengembangkan strategi mengajar di dalam kelas. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):115-118]</strong></p> Rika Lisiswanti, Oktadoni Saputra ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/649 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Uji Kepekaan terhadap Antibiotik https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/644 <p>Uji kepekaan antimikroba dimulai ketika WHO memprakarsai pertemuan di Jenewa pada tahun 1977, perhatian yang lebih luas mengenai resistensi antimikroba yang berhubungan dengan infeksi pada manusia atau hewan. Hal ini memicu program pengawasan untuk memantau resistensi antimikroba menggunakan metode yang tepat. Sensitivitas tes antimikroba akan membantu dokter untuk menentukan antimikroba yang tepat dalam mengobati infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, tes sensitivitas harus dilakukan dengan metode yang akurat dan tepat, yang merupakan metode langsung dapat digunakan untuk mendukung upaya pengobatan. Kriteria penting dalam metode uji sensitivitas adalah untuk melakukan dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>119-123</strong><strong>]</strong></p> Tri Umiana Soleha ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/644 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Oksigen Hiperbarik: Terapi Percepatan Penyembuhan Luka https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/645 <p>Terapi oksigen hiperbarik adalah penggunaan 100% oksigen pada tekanan yang lebih besar dari tekanan atmosfer. Terapi ini telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk mempercepat penyembuhan luka. Penyembuhan luka pada dasarnya memiliki tiga mekanisme, yaitu kontraksi, epitelialisasi, dan pertumbuhan jaringan pengikat. Perawatan luka yang baik melibatkan kondisi pasien secara lokal maupun sistemik terkait dengan penyembuhan luka sejak proses awal. Oksigen harus ada dalam jumlah yang memadai agar merangsang perkembangan fibroblas dan produksi kolagen. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>124-128</strong><strong>]</strong></p> Adityo Wibowo ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/645 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Cutaneous Larva Migrans yang Disebabkan Cacing Tambang https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/646 <p><em>Cutaneous larva migrans </em>yang disebabkan cacing tambang adalah suatu penyakit kulit akibat parasit yang disebabkan oleh migrasi dari larva cacing tambang binatang pada epidermis kulit manusia. Larva ini tidak mampu melakukan penetrasi membrana basalis dari kulit manusia, sehingga mereka tidak mampu berkembang dan melanjutkan siklus hidupnya. <em>Cutaneous larva migrans </em>yang disebabkan cacing tambang merupakan <em>self-limiting disease</em>. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, kelainan kulit dapat menetap selama berbulan-bulan. Penularan terjadi ketika kulit terbuka berkontak dengan tanah yang terkontaminasi. Diagnosis ditegakkan secara klinis. Hal ini didukung dengan riwayat perjalanan dalam waktu dekat dan kemungkinan paparan. Gejala klinis berupa papula kecil berwarna kemerahan yang diikuti degan jalur kemerahan, berbentuk garis, sedikit menonjol menjalar pada kulit. Rasa gatal timbul makin lama semakin sering. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi sebagai akibat dari menggaruk. Obat pilihan pada penyakit ini yaitu ivermektin dalam dosis tunggal. Pemberian albendazol dalam dosis berulang merupakan alternatif terbaik pada negara di mana tidak tersedia ivermektin. Pemberian albendazol secara topikal dapat dipertimbangkan bagi orang-orang yang dikontraindikasikan terhadap ivermektin dan albendazol oral. Untuk mengontrol c<em>utaneous larva migrans</em> yang disebabkan cacing tambang pada level komunitas, perlu dilakukan pengobatan berkala kepada anjing dan kucing dengan obat anti helmintik. Hewan harus dijauhkan dari pantai dan area bermain. Untuk perlindungan pada level individu, kulit yang tidak terlindung harus jauh dari kontak dengan tanah yang kemungkinan terkontaminasi. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):</strong><strong>129-133</strong><strong>]</strong></p> Shinta Nareswari ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/646 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Trigger Finger https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/647 ahmadfauzi_dr@yahoo.co.id Ahmad Fauzi ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/647 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Gen PfATP6 dan Resistensi Plasmodium falciparum Terhadap Golongan Artemisinin https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/648 <p>Resistensi <em>P. falciparum</em> terhadap antimalaria sangat bergantung pada kondisi genetik parasit tersebut. Gen yang saat ini dilaporkan bertanggung jawab terhadap timbulnya resistensi terhadap artemisinin adalah PfATP6. Hal ini sesuai dengan mekanisme kerja artemisinin yang menghambat s<em>arcoendoplasmic reticulum calcium-dependent ATPase</em> (SERCA) <em>Ca<sup>2+</sup>-pump ATPase6</em>. Posisi mutasi yang ditemukan pada berbagai <em>codon</em> menyebabkan sulitnya menentukan posisi <em>codon</em> yang berkaitan dengan timbulnya resistensi ini. Berdasarkan penelitian yang telah dipublikasikan ditemukan 4 posisi <em>codon</em> (263, 431, 623, dan 769) yang secara tunggal atau bersama-sama menurunkan suseptibilitas terhadap artemisinin. Tingginya variasi genetik gen PfATP6, menimbulkan keraguan mengenai kaitannya pada resistensi Plasmodium terhadap artemisinin. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya gen atau protein lain yang bertanggung jawab terhadap mekanisme resistensi ini. Berbagai penelitian untuk mengungkap <em>marker</em> molekuler ini terus dilakukan. Penelitian di Kamboja melaporkan adanya <em>Mutant K13-propeller alleles</em> pada isolat Plasmodium yang resisten terhadap artemisinin di Kamboja. Berdasarkan hasil penelitian ini, tampak bahwa mekanisme resistensi <em>P. falciparum</em> terhadap artemisinin tidak sepenuhnya berkaitan dengan gen PfATP6. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):141-146]</strong></p> Jhons Fatriyadi Suwandi ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/648 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000 Effectiveness of Accommodating Intra Ocular Lens https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/650 <p>Cataract surgery is effective in restoring distance vision. However, standard monofocal intraocular lenses (IOLs) have a fixed refractive power, leaving patients presbyopic and dependent on spectacles for near vision. Restoring the accommodative ability in pseudophakic patients is still challenging. This literature research focus to review the result of near visual acuity and amplitude of accommodation of available accommodating IOLs. Conducted from the Pubmed database and library research for journal articles that were published and related to accommodating IOLs using the keywords accommodating intraocular lens or monofocal intraocular lens or pseudophakic accommodation. Subjective and objective and measurement of amplitude of accommodation was observed. Subjectively, amplitude of accommodation is measured by defocus and near point of accommodation. Accommodation amplitude was measured by dynamic streak retinoscopy, power refractor and IOL movement objectively. Defocus measurement of accommodating IOL showed that the accommodative amplitude was between 0.94 D to 1.90 D and near point of accommodation (NPA) resulted in power around 0.5 D to 3.83 D meanwhile in the monofocal IOL, defocus power was between 0 to 1.52 D and NPA was between 0.42 D to 2.4 D. Dynamic retinoscopy of accommodating IOL showed power between 0.98 D to 0.99 D while monofocal IOL ranged between 0.17 D to 0.24 D. The movement of accommodating IOL was between 0.151 mm to 0.82 mm while it ranged between 0.02 mm to 0.4 mm for monofocal IOLs. Measurement by using power refractor showed that the power was between 0.39 D to 1.00 D for accommodatin IOL while it was 0.10 D to 0.17 D for monofocal IOL. Conclusion, accommodating IOL provided better near vision compared to monofocal IOL. <strong>[JuKe Unila 2015; 5(9):147-153]</strong></p> Muhammad Yusran ##submission.copyrightStatement## https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/650 Sun, 15 Mar 2015 00:00:00 +0000