Jurnal Agromedicine https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro <h3> </h3> en-US Jurnal Agromedicine 2356-332x Hubungan Perilaku 3M Plus Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue: Tinjauan Pustaka https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3209 Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue dengan perantara nyamuk Aedes aegypti. Gejala DBD berupa demam tinggi secara tiba-tiba bersifat kontinyu, nyeri kepala, nyeri di area mata dan perdarahan spontan di gusi atau hidung. Kasus DBD di dunia sebesar 5,2 juta kasus di tahun 2019. Tercatat sebanyak 108.303 kasus DBD pada tahun 2020 terjadi di Indonesia. Guna mengantisipasi adanya ledakan kasus DBD, masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pencegahan ini dikenal dengan 3M Plus yaitu pengurasan tempat yang menjadi peampungan air, menutupnya dengan rapat, mengubur barang-barang bekas<br />yang sudah tidak terpakai dan membasmi jentik nyamuk dengan melakukan abatisasi atau memelihara ikan di tempat penampungan air. Terdapat hubungan antara perilaku 3M Plus dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Terdapat<br />hubungan antara perilaku menguras tempat penampungan air dengan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD). Tidak terdapat hubungan antara perilaku menutup tempat penampungan air dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).<br />Terdapat hubungan antara perilaku mengubur barang-barang bekas dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Terdapat hubungan antara perilaku menaburkan bubuk abate dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). <br /><br />Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, PSN, 3M Plus Muhammad Morsa Habibie Hanna Mutiara Khairunnisa Berawi Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-08-17 2023-08-17 10 2 1 4 ASBESTOSIS, DIAGNOSIS DAN PENCEGAHANNYA https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3210 Perkembangan industri dan produknya memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Dampak negatif yang terjadi adalah terjadinya penyakit paru akibat kerja. Banyak gangguan pernapasan dan paru-paru pada pekerja dapat<br />diakibatkan oleh pengaruh debu, serat, gas, uap atau asap dari proses industri. Salah satu penyebabnya berupa debu asbes atau serat yang dihasilkan dari asbes. Debu atau serat yang terus menerus terhirup dapat menyebabkan asbestosis. Akumulasi konstan dari serat-serat ini menyebabkan jaringan parut di paru-paru dan kesulitan bernapas. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 125 juta orang terpapar asbes melalui pekerjaan mereka dan setiap tahunnya mengakibatkan 90.000 kematian. Indonesia berada di peringkat ke-8 sebagai negara terbesar importir, pengolah, konsumen dan pengekspor asbes dan<br />bahannya. Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, penggunaan asbes meningkat sebesar 20%. Diperkirakan sebanyak lebih dari 7.700 pekerja yang dipekerjakan di industri penanganan asbes, berisiko terpapar serat asbes. Belum ditemukan sebuah terapi untuk mengembalikan efek yang dihasilkan asbes pada alveoli. Fokus dari terapi yang dilakukan hanyalah untuk mencegah agar tidak bertambah parah dan meminimalisir gejala. Sehingga, langkah pencegahan sangat penting untuk mencegah terjadinya asbestosis.<br /><br />Kata kunci: Penyakit akibat kerja, asbestosis, asbes <br /> Syazili Mustofa Dansen Frans Louise Draven Rudyanto Pralia Winda Sari Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-08-17 2023-08-17 10 2 5 13 Epidural Hematoma pada Laki-Laki 29 Tahun https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3211 Epidural hematom (EDH) adalah cedera kepala berkaitan dengan perdarahan intrakranial. EDH sering terjadi pada usia produktif (20-30 tahun), yang berkaitan dengan angka kecelakaan lalu lintas. EDH disebabkan trauma kepala yang diakibat kecelakaan lalu lintas. Laporan kasus ini menjelaskan tentang laki-laki usia 29 tahun yang datang dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah sebelumnya kepalanya terbentur akibat kecelakaan lalu lintas. Sebelum mengalami penurunan kesadaran untuk kali kedua pasien sempat mengeluhkan nyeri kepala berat, kelemahan ekstremitasnya, dan muntah. Dalam upaya pendiagnosisan dilakukan pemeriksaan fisik head to toe, pemeriksaan penunjang berupa rontgen kepala dan servikal, serta CT-scan tanpa kontras lalu dilakukan tatalaksana kraniotomi evakuasi hematom. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan mengetahui dan<br />mengidentifikasi manifestasi klinis, pemeriksaan yang perlu dilakukan, dan mengetahui tatalaksana pada kasus pasien dengan EDH.<br /> <br />Kata kunci: Epidural hematoma, tatalaksana <br /> Dansen Frans Louise Draven Rudyanto Fikri Muhammad Rifai Patongai Suharmato Suharmanto Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-08-17 2023-08-17 10 2 14 18 Talasemia Beta: Etiologi, Klasifikasi, Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3212 Talasemia beta merupakan penyakit hemoglobinopati yang disebabkan oleh gangguan sintesis rantai beta globin akibat kelainagenetik pada kromosom 11. Prevalensi talasemia beta di Indonesia mencapai 3% dari penduduk yang merupakan salah sattertinggi di asia tenggara. Diagnosis talasemia didasarkan pada kriteria klinis, kriteria hematologi, dan kriteria DNA. Pasietalasemia beta dapat mengalami gejala yang sama dengan anemia, seperti lemas, mudah lelah, dan mengantuk. Pemeriksaanlaboratorium darah lengkap dan hitung darah, disertai pemeriksaan elektroforesis Hb digunakan untuk menegakkan diagnostalasemia beta. Penatalaksanaan talasemia saat ini difokuskan pada transfusi darah. Tindakan splenektomi, HematopoietiStem Cell Transplantation (HSCT), dan induksi produksi hemoglobin fetal (HbF) juga dapat dipertimbangkan dalam tatalaksantalasemia. Tatalaksana biomolekuler berupa terapi genetik sedang dalam masa uji coba dan beberapa menunjukkankeberhasilan dengan bebasnya penderita talasemia beta dari ketergantungan transfusi darah.<br />Kata kunci: Hemoglobinopati, Penyakit Genetik, Talasemia beta. tatalaksana <br /> Faisal Rohmadhiyaul Haq Syazili Mustofa Rani Himayani Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-08-17 2023-08-17 10 2 19 26 Bronkitis Akibat Kerja: Patogenesis, Diagnosis, Penatalaksanaan dan Pencegahan https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3217 Bronkitis akibat kerja adalah peradangan pada salulran nafas besar yang terjadi pada sebagian pekerja yang terpapar oleh berbagai sul bstansi berbahaya seperti debul, ulap, asap, dan sulbstansi lainnya di lingkulngan kerjanya. Peradangan salul ran napas besar tersebult dipicul oleh inhalasi zat berbahaya yang dapat menyebabkan toksisitas sel sel di salulran napas secara langsulng, mengaktivasi makrofag, dan meningkatkan radikal bebas di salul ran napas. Peradangan yang terjadi teruls meneruls akan menimbullkan terjadinya stress oksidatif, produlksi sitokin yang akan memicul peradangan kronis, kerul sakan DNA, yang akhirnya menyebabkan kematian sel dan pembentulkan jaringan parult di salulran napas. Pekerja yang mempul nyai resiko tinggi ul ntulk menderita penyakit ini adalah pekerja yang merokok ataul terpapar asap rokok. Selain paparan rokok, pekerja pada indulstri tambang misalnya penambang batul bara dan batulan keras, pekerja terowongan, pekerja indul stri beton dan pekerja indulstri non-pertambangan misalkan yang bekerja di peternakan dan petani, khul sul snya pada petani yang terpapar pestisida jul ga rentan menderita bronkitis akibat kerja. Peningkatan kejadian penyakit ini julga ditemulkan pada pekerja petul gas<br />kebersihan yang sering terpapar cairan pembersih dan desinfektan. Memahami kompleksitas dari penyakit bronkitis akibat kerja ini penting ul ntulk menulrul nkan angka kejadian penyakit ini. Selain itul, diperlulkan pulla langkah-langkah<br />kesehatan dan keselamatan kerja yang mencakulp menghindari paparan polultan dan penggul naan alat pelindulng pernapasan yang tepat sangat penting ulntulk mencegah bronkitis.<br />Kata kunci: Bronkitis Kerja, Merokok, Pajanan Iritan, Infeksi <br /> Syazili Mustofa Fikri Muhammad Rifai Patongai Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-09-02 2023-09-02 10 2 27 38 Hubungan Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan Dan Status Nutrisi Terhadap Kejadian Katarak Senilis Di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2022 https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3218 Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia, katarak menempati urutan pertama penyebab kebutaan di dunia sebesar 51%. Kejadian katarak sendiri tidak terlepas dikarenakan adanya faktor risiko yang ada. Faktor penyebab katarak sendiri dapat berasal dari dalam tubuh sendiri (faktor intrinsik) dan faktor dari luar tubuh (faktor ekstrinsik). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status nutrisi terhadap kejadian katarak senilis di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang dilakukan dengan metode case control. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro pada bulan Februari – Juni 2023. Data yang telah terkumpul dideskripsikan sebagaimana adanya ke dalam bentuk angka-angka yang bermakna. Pengambilan data menggunakan data sekunder, yaitu rekam medis untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status nutrisi terhadap kejadian katarak senilis di RSUD. Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2022. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan p-value=0,011 (p-value &lt;0,05) pada variabel tingkat pendidikan dan p-value=0,037 (p-value &lt;0,05) pada variabel jenis pekerjaan.<br />Sedangkan pada variable status nutrisi menunjukkan p-value=0,799 (p-value&gt;0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan.dan jenis pekerjaan dengan kejadian katarak senilis. Sedangkan status nutrisi tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian katarak senilis.<br />Kata Kunci: Katarak Senilis, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Status Nutrisi <br /><br /> Edward Sintong Samosir Rani Himayani Khairunnisa Berawi Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-09-02 2023-09-02 10 2 39 44 Pendekatan Holistik Pada Ny. I Umur 27 Tahun Dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3219 Di Indonesia, insiden Demam Tifoid berkisar antara 350-810 per 100.000 penduduk dengan prevalensi penyakit sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke 5 penyakit menular yang terjadi pada semua usia serta menjadi urutan ke 15 penyebab kematian pada semua usia di Indonesia. Penyakit ini penting untuk ditatalaksana secara komprehensif agar tujuan pengobatan dapat tercapai. Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien dengan pendekatan patient<br />centered dan family approach. Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah untuk menilai lingkungan fisik. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif. Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya dan kebersihan diri kurang. Pengetahuan keluarga tentang Demam Tifoid masih rendah. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan perbaikan skor pengetahuan pasien dan keluarganya yang meningkat sebanyak 50 poin. Telah dilakukan penatalaksanaan holistik dengan pendekatan dokter keluarga Ny. I usia 27 tahun dengan Demam Tifoid yang disesuaikan berdasarkan diagnostik holistik awal. Intervensi yang dilakukan telah menambah pengetahuan pasien dan mengubah beberapa perilaku pasien dan keluarganya, yang ditunjukkan dengan perbaikan pada diagnostik holistik akhir. <br />Kata Kunci: Demam Tifoid, Dokter Keluarga, Penatalaksanaan Holistik Muhammad Yusha Akbar Reni Zuraida Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-09-02 2023-09-02 10 2 45 55 Akondroplasia pada Bayi Laki-Laki Usia 1 Bulan 27 Hari: Studi Kasus https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3220 Akondroplasia adalah displasia tulang yang menyebabkan perawakan pendek. Mutasi autosomal dominan pada gen fibroblast growth factor-receptor-3 menyebabkan akondroplasia. Akondroplasia adalah kelainan genetik yang menyebabkan rhizomelic dwarfism pada anggota tubuh. Kepala seringkali membesar dengan dahi yang menonjol menyebabkan sulitnya persalinan<br />pervaginam. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan mengetahui dan mengidentifikasi manifestasi klinis, pemeriksaan yang perlu dilakukan, dan mengetahui tatalaksana pada kasus pasien dengan akondroplasia. Laporan kasus ini menjelaskan tentang bayi laki-laki usia 1 bulan 27 hari yang datang dengan kondisi lengan dan kaki terkesan pendek yang baru disadari sejak 2 hari<br />yang lalu. Dalam upaya penegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik head to toe dan antropometri didapatkan trident hand, rhizomelic dwarfism, status antropometri severely stunting, serta perawakan pendek yang tidak proporsional, Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen kepala, manus, spine, thoraks, pelvis, dan femur didapatkan hasil yang menyokong diagnosis akondroplasoa. Pasien didiagnosis akondroplasia dan diberikan tatalaksana berupa monitoring dan genetic counseling. <br /><br />Kata kunci: Akondroplasia, hipokondroplasia, rhizomelic, thanatophoric dysplasia, trident hand Ismi Citra Yessi Aprilia Qotrunnada S Rio Afrian P Nabila Aninditya Ega Chessa A Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-09-02 2023-09-02 10 2 56 63 Pendekatan Klinis dan Tata laksana Malformasi Anorektal https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/3221 Malformasi anorektal adalah kelainan kongenital ketika seseorang tidak memiliki anus dan rektum yang normal akibat gangguan perkembangan hindgut pada embrio. Kasus ini muncul satu dari lima ribu kelahiran hidup di seluruh dunia. Bayi<br />dengan kelainan ini biasanya memiliki anomali lain yang menyertai. Malformasi anorektal dapat muncul dengan berbagai macam bentuk mulai dari kloaka presisten, disertai dengan fistula, maupun tanpa fistula. Pemeriksaan penunjanng yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan pencitraan cross table x ray. Pemriksaan inspeksi pada area genital dan perianal pada bayi baru lahir sangat membantu mengidentifikasi kelainan ini. Tatalaksana awal bayi berupa pemberian cairan melalui intravena, dekompresi, dan pemberian antibiotik profilaksis. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan meliputi colostomy, anopasti, maupun Postero Sagital Anorectoplasty (PSARP). Pentingnya diagnosis malformasi anorektal secara tepat memicu penulis untuk memperdalam pengetahuan mengenai apendisitis akut, meliputi definisi, epidemiologi,<br />etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang tentang malformasi anorektal.<br />Kata Kunci: Malformasi Anorektal, Kongenital, Embrio, PSARP Muhammad Ferdiansyah Putra Ety Apriliana Copyright (c) 2023 Jurnal Agromedicine 2023-09-02 2023-09-02 10 2 64 68