Laporan Kasus: Space Occupying Lesion pada pasien dengan HIV
DOI:
https://doi.org/10.23960/jka.v11i1.pp61-69Abstract
Abstrak: Space Occupying Lesion (SOL) didefinisikan sebagai setiap neoplasma, massa inflamasi atau parasit, hematoma, kista, maupun malformasi vaskular yang menyebabkan peningkatan volume di dalam ruang intrakranial. Human immunodeficiency virus/ acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) merupakan faktor predisposisi untuk beberapa infeksi oportunistik sistem saraf pusat (SSP). Laporan dari dunia Barat menunjukkan bahwa toxoplasmosis merupakan penyebab paling umum dari SOL SSP pada pasien AIDS, sementara di India, tuberkulosis menjadi etiologi paling umum. Di Indonesia, setiap pasien yang dicurigai mengalami infeksi otak dan menunjukkan gejala serta tanda klinis neurologi dengan onset subakut, kronis, persisten hingga menjadi progresif, maka harus dipikirkan infeksi tuberkulosis (TB) pada sistem saraf pusat. Artikel bertujuan untuk menegakkan dan mengkaji suatu kasus pada seorang pasien dengan diagnosis SOL dan HIV. Metode yang digunakan yaitu sebuah laporan kasus dengan sumber data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta rekam medik. Dilaporkan, seorang wanita berusia 40 tahun dengan keluhan nyeri kepala dengan gejala yang menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial. Pasien sudah pernah menikah sebanyak dua kali. Pasien memiliki riwayat pengobatan TB paru dan sudah tuntas sejak 5 tahun SMRS. Pemeriksaan status neurologi didapatkan adanya parese saraf kranial N.VII dan N.XII, hiperefleksi pada refleks fisiologis patella dan achilles, dan kelemahan kekuatan motorik pada ekstremitas superior dan inferior. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai elektrolit (natrium, kalium, kalsium) yang rendah. Pemeriksaan HIV menunjukkan hasil reaktif. Hasil CT scan kepala memberikan kesan adanya lesi hiperdens bulat multipel di subkortikal parietal bilateral, thalamus sinistra, cerebellum sinistra dengan edema perifokal minimal sekitarnya dengan diagnosis banding tuberkuloma, toxoplasma, metastasis serta tampak adanya atrofi cerebri. Hasil foto rontgen thorax pasien menunjukkan kesan adanya perbercakan samar di lapang tengah kanan dengan suspek bronkopneumonia. Pasien diberikan terapi farmakologis yang terdiri dari Dexamethason, omeprazole, paracetamol, KSR, asam folat, clindamycin, clonazepam, KCL, kotrimoksazol, kalsium laktat, vitamin B12, dan ondansetron. Pengobatan dengan ARV direncanakan 2 minggu setelah pasien dirawat inap.Downloads
Published
2024-05-18
Issue
Section
Laporan Kasus