Resistensi Insektisida pada Aedes aegypti
Abstract
Persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh vi rus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus semakin meningkat. Nyamuk Ae. aegypti ini hidup dan berkembang dengan baik di daerah tropis yaitu pada garis isotermis 200 yang terletak di antara 450 LU dan 350 LS dengan ketinggian kurang d ari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD mengalami perkembangan kejadian yang cepat. Setiap tahunnya diperkirakanterjadi sekitar l ima puluh juta kasus infeksi DBD baru dengan angka kematian di atas 20.000 jiwa. Tujuh puluh persen dari seluruh populasi dunia yang berisiko terhadap DBD tinggal di area Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat. World Health Organi zation (WHO) menetapkan Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pengendalian DBD terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, antara lain den gan pengendalian vektorn ya. Pembasmian vektor
penyakit ini dilakukan dengan penggunaan insektisida. Di Indonesia penggunaan insektisida seperti malathion dari tahun 1972 dan Temephos dari tahun 1976 mengakibatkan kemungkinan terjadinya resistensi, begitu p ula pada jenis insektisida jenis lainnya. Umumnya penggunaan insektisida kimia, secara bertahap akan menimbulkan masalah teknis (munculnya strain baru yang tolerasnsi dan resistensi terhadap senyawa tersebut). Frekuensi dan durasi dari penggunaan pestisida juga
sangat berpengaruh terhadap mekanisme terjadinya resistensi dari insektisida.
Kata kunci: Aedes aegypti, insektisida, resistensi insektisida
Downloads
Download data is not yet available.
Downloads
Published
2018-12-04
How to Cite
Sutarto, S., & Syani, A. Y. (2018). Resistensi Insektisida pada Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Dan Agromedicine, 5(02), 582–586. Retrieved from https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2130
Issue
Section
Tinjauan Pustaka